Minggu, 28 Februari 2016

Trend Yang Dibawa Presiden Jokowi

Trend Yang Dibawa Presiden Jokowi

Kita tahu trend batu sekarang mulai meredup seiring waktu, trend dan hobby terus berganti mengikuti perkembangan, yang dulu trend batu akik dimulai saat jaman presiden SBY menjabat. era SBY menjabat batu akik begitu fenomenal.
nah apa yang menjadi trend saat ini pada masa pemerintahan Jokowi ??
kita tahu jokowi merupakan orang yang merakyat, maka beliau dekat dengan simbol -simbol kerakyatan seperti burung, keris, wayang dan berbagai benda antik lainnya.
saat ini trend akik bergeser berganti menjadi trend burung anggungan seperti burung perkutut, derkuku dan puter. Juga burung jalak, trend keris juga mulai ramai digemari masyarakat. mengingat tradisi masyarakat jawa yang kental dengan nuansa kerifan leluhur juga falsafah jawa serta hal yang berkenaan dengan sempurnanya sebagai lelaki jawa. 
Pria Jawa itu baru sempurna jika memiliki 5 (lima) hal seperti : Wismo, Wanito, Turonggo, Kukilo, dan Curigo. 

Wismo, artinya pria Jawa baru sempurna kalau bisa memiliki rumah…
 
Wanito, pria Jawa mendekati sempurna jika sudah memiliki isteri….

Turonggo, pria Jawa baru sempurna jika memiliki kuda…..tapi itu di jaman dulu, kalau jaman sekarang mungkin memiliki Mitsubishi Kuda, Suzuki Karimun, atau bahkan Yamaha Mio…….sudah dapat menggantikan memiliki turonggo mestinya tidak harus Mercedes Benz S-class, BMW Seri 7, atau Jaguar XJG.
Kukilo, pria Jawa yang sempurna semestinya memiliki burung…itu berarti sudah punya Kukilo… Atau bila asal membuat anda senang itu sudah memenuhi syarat mempunyai
Kukilo…..
Yang terakhir, pria Jawa baru sempurna kalau mempunyai Curigo yang artinya keris...


Nah daripada itu maka trend era jokowi sekaang adalah trendnya burung anggungan (perkutut, derkuku, puter, gemek jowo dan branjangan), burung jalak, keris dan wayang.

Jumat, 26 Februari 2016

Motivasi Hebat Tentang Kepemimpinan


Inovasi adalah hal yang membedakan antara pemimpin dengan pengikut." 
(Steve Jobs)

"Pemimpin sejati tidak butuh memimpin; ia lebih senang menunjukkan arah." 
(Henry Miller)

"Telinga seorang pemimpin harus peka dengan suara orang lain." 
(Woodrow Wilson)



"Pemimpin adalah orang yang mengetahui suatu cara; menjalankan dan sekaligus menunjukkan cara tersebut." 
(John C. Maxwell)

"Seseorang harus mengambil tanggung jawab menjadi seorang pemimpin." 
(Toni Morrison)

"Adalah sama menjadi seorang pemimpin dengan menjadi dirimu sendiri; bisa sangat mudah dan sederhana, tapi juga bisa sangat sulit." 
(Anonim)

"Seorang manajer bertanya 'bagaimana' dan 'kapan'; sementara seorang pemimpin bertanya 'apa' dan 'mengapa'." 
(Warren G. Bennis)

"Seorang manajer menerima 'status-quo'; sementara seorang pemimpin berjuang melawannya." 
(Warren G. Bennis)

"Setiap manusia adalah pemimpin; setidaknya memimpin dirinya sendiri."
(Anonim)

“Kepemimpinan itu tindakan, bukan jabatan.” 
(Donalt H. McGannon)

“Pemimpin adalah orang yang mengemban tanggung jawab. Ia mengatakan, “Saya kalah.” Ia tidak mengatakan, “Anak buahku kalah.” 
(Antoine de Saint-Exupery)

“Memimpin itu bukan memukul kepala orang.” 
(Dwight D. Eisenhower)

“Ingatlah perbedaan antara Bos dan pemimpin; seorang bos bilang, ‘Pergi’. Sedang seorang pemimpin bilang, ‘Mari kita pergi bersama.’ “ 
(E.M Kelly)

“Pemimpin tidak menciptakan pengikut; pemimpin itu menciptakan lebih banyak pemimpin.” 
(Tom Peters)

“Seseorang itu (dianggap) pemimpin ketika pengikutnya berdiri disampingnya.” 
(Mark Brouwer)

“Pemimpin itu memimpin dengan contoh, bukan dengan paksaan.”
(Sun Tzu)

“Untuk memimpin orang lain, berjalanlah di belakang mereka.” 
(Lao Tzu)

"Dengarkan kata kata orang yang kau anggap sebagai pemimpin sejati; karena suatu saat kau bisa saja menggantikannya." 
(Anonim)

"Engkau tidak harus memangku jabatan agar bisa menjadi seorang pemimpin." 
(Anthony J. D'Angelo)

"Agar bisa jadi seorang pemimpin, kau harus bisa membuat orang lain mau mengikutimu; karena tidak ada seorangpun mau mengikuti orang yang tidak tahu kemana ia akan pergi." 
(Joe Namath)

"Pemimpin yang baik adalah orang yang mengajarkan cara meraih potensi diri seseorang; sementara pemimpin sejati adalah orang yang mau membantu menemukan potensi tersebut pada orang lain." 
(Bo Bennet)

"Tanggung jawab pertama seorang pemimpin adalah mendefinisikan kenyataan. Tanggung jawab terakhir seorang pemimpin adalah mengucapkan terima kasih. Di antara keduanya, pemimpin adalah budak." 
(Max de Pree)

"Pemimpin yang sukses adalah seorang yang bisa membawa orang lain menjadi sukses."
(Anonim)

Kamis, 25 Februari 2016

Unggah Ungguh Membuka Keris


Masih banyak dari kita yang salah dan sembarangan dalam membuka keris.

1.    Melihat bilah keris
Dalam suatu pertemuan yang dihadiri lebih dari dua orang penggemar keris, melihat bilah keris yang bukan miliknya juga ada aturannya.
Aturan Pertama adalah minta izin dari pemilik keris itu. Jika Anda langsung mengambilnya, mengeluarkan bilah keris itu dari sarungnya (warangkanya) dan mengamati bilahnya, besar kemungkinan akan menyinggung perasaan sang pemilik. Seolah-olah Anda telah mengabaikan si pemilik yang hadir disitu.
Bila telah mendapat izin dari pemiliknya, maka Aturan Kedua adalah melolos pusaka bukan menghunus pusaka. Caranya pegang bagian pangkal gander warangka dengan tangan kiri, posisi tangan menghadap keatas, gunakan tangan kanan untuk memegang handle atau ukiran keris. Tekankan jempol tangan kanan pada tampingan warangka, sambil pelan-pelang menggerakkan tangan kiri keatas sehingga warangka itu bergerak naik, sementara tangan kanan tetap diam di tempat. Proses ini dinamakan melolos pusaka. Sebaliknya bila kita mencabut keris itu dari warangka dinamakan menghunus pusaka.
Setelah keris lolos dari warangka, maka Aturan Ketiga adalah meletakkan warangka pada tempat yang aman. Sedangkan bilah keris di tangan kanan di angkat setinggi pipi kanan atau kening atau telinga kanan sebagai cara penghormatan kepada mpu pembuat keris itu sekaligus penghormatan kepada pemilik keris itu.
Sesudah gerak penghormatan sudah dilakukan, maka Aturan Keempat dalam mengagumi dan mengamati bilah, ujung bilah diusahakn selalu menghadap keatas. Jagalah  jangan sampai ujung bilah itu menghadap pada seseorang yang hadir disitu.
Untuk melihat pamornya, maka keris lebih nyaman jika diletakkan secara miring, agar ujung keris tidak menuju ke arah orang lain, maka Aturan Kelima yaitu ujung bilah dapat ditempatkan pada ujung kuku jempol tangan kiri.
Dalam memperhatikan pamor pada bilah, maka sebagai Aturan Keenam adalah jangan menyentuh atau mengelap dengan jari tangan kiri pada bilah itu, apalagi me-ninting (menjentik dengan jari) untuk mengetahui bunyinya.

2.    Menyarungkan keris
Bila dalam meloloskan keris ada aturannya, maka dalam hal menyarungkan kembali pun ada aturannya.
Aturan Pertama, bila Anda sebagai orang yang melolos pusaka itu, maka Anda jugalah yang wajib menyarungkan kembali. Prosesnya mirip dengan melolos pusaka, hanya saja dalam hal ini dibalik yaitu tangan kiri memegang warangka dan tangan kanan memegang bilah. Pelan-pelan masukan bilah ke warangka kira-kira 2cm, lalu gerakan warangka dengan tangan kiri untuk menyarungi keris itu.
Dalam Aturan Kedua ini, tangan kanan yang memegang bilah harus tetap diam.

3.    Menyerahkan keris
Aturan Pertama, selalu gunakan tangan kanan sebagai tangan yang aktif dalam menyerahkan atau menerima keris itu. Bila keris itu diketahui bersama sebagai keris yang istimewa, maka lebih baik jika serah terima menggunakan kedua belah tangan (kanan dan kiri aktif). Usahakan saat serah terima keris dalam keadaan dalam warangkanya. Secara detil proses serah terima adalah sebagai berikut:
Jika Anda hendak memberikan kepada orang yang lebih tua atau dihormati. Peganglah warangka keris diujung gandarnya, sehingga beliau akan menerima ditengah atau di pangkal gandar.
Jika Anda hendak memberikan kepada orang yang lebih muda Peganglah warangka keris di pangkal gandarnya, sehingga yang menerima akan memegang ujung gandarnya.
Jika Anda hendak menerima dari orang yang lebih tua atau dihormati. Terima warangka keris itu pada ujung gandarnya, karena beliau menyerahkannya dengan memegang pangkal gandarnya
Jika Anda hendak menerima dari orang yang lebih muda Terima warangka keris itu di pangkal gandarnya, karena dia akan memegang ujung gandarnya.
Jika Anda hendak menyerahkan/menerima dari teman sebaya Bisa lebih fleksibel sesuai dengan karakteristik teman Anda
Jika serah terima keris dalam keadaan tanpa warangka Sebaliknya jika menyerahkan keris dalam keadaan tanpa warangka (telanjang), maka yang dipergunakan adalah telunjuk dan ibu jari tangan kanan dengan cara menjepit erat-erat di dekat mendaknya. Yang akan menerima nanti akan memegang ukiran atau handle-nya yang dibagian bawah. Khusus yang ini tidak ada aturan tua dan muda alias semua sama.
4.    Pantangan
Meskipun Anda merasa sebagai seorang ahli, tetapi dalam komunitas keris dilarang untuk memberikan penilaian buruk pada keris yang bukan milik Anda. Bagi orang Jawa, tingkat ketersinggungannya akan tinggi apabila ada orang lain men-cacad (menjelek-jelekan) keris miliknya.
Tosan aji bukanlah barang dagangan, sehingga untuk memilikinya agar diperhalus dengan kata meminang atau memahar dengan mas kawin senilai tertentu. Bagi orang Jawa, keris memiliki jodohnya masing-masing, sehingga apabila tidak cocok dapat dikembalikan kepada orang yang telah menerima pinangan itu.

Demikian aturan dan etika di komunitas perkerisan tingkat rakyat biasa seperti saya, tentu saja ini sangat jauh berbeda dengan yang terjadi di keraton. Urusan pendok, warangka dan ukiran saja ada aturannya bahwa yang berhak membawa adalah kriteria orang tertentu.


Salam Budaya

CARA MEMILIH KERIS YANG BAIK

MEMILIH KERIS YANG BAIK

Sering kita melihat atau mendengar adanya transaksi keris dari satu orang ke orang yang lain, transaksi ini dalam dunia perkerisan diistilahkan dengan nama mas kawin / mahar, begitu lembut dan santunnya para nenek moyang kita menghargai keris senilai dengan anaknya sendiri.

Begitu banyaknya keris yang beredar dipasaran dari mulai keris yang bermutu rendah sampai berkwalitas tinggi dapat dengan mudah kita dapatkan. Nah dari sinilah kemudan timbul beberapa hal yang perlu diketahui oleh para pecinta keris sebelum membeli / melakukan mas kawin pada salah satu keris (Berhati-hati sebelum membeli), diantaranya :

1. Meneliti keris dengan seksama
2. Mengukur nilai keris dengan melihat garap dan kwalitas bahan-bahannya
3. Meneliti si Penjualnya, Pemakai (orang Rumahan), Penjual, Kolektor, Perantara, Paranormal atau orang yang tidak tahu keris
4. Mengukur kekuatan budget

Penjelasannya :

1. Meneliti keris dengan seksama
Sebelum membeli keris hendaknya teliti dahulu bilah keris tersebut mulai dari ujung, sorsoran, pesi, ganja, kembang kacang dan ornament lainnya. Apakah ada yang tidak beres atau ada yang kurang atau tidak ? jika keris tersebut lengkap kemudian telitilah “tua” atau “muda” mengikuti artikel sebelumnya.

2. Mengukur nilai keris dengan melihat garap dan kwalitas bahan-bahannya
Garap sebuah keris adalah salah satu hal yang menjadi tolok ukur sebuah harga keris, semakin cermat, teliti, rapi dan indah garap sebuah keris akan menjadikannya semakin mahal. Garap ini dapat dilihat dari ricikan, pamornya, warangka dan kelengkapan keris lainnya. Keris yang bermutu rendah pastilah berharga rendah namun harga ini bisa menjadi tinggi jika sang penjual adalah seorang ahli pendongeng keris, dengan mengaku-akukan sebuah keris milik salah satu pangeran maka harga keris tersebut kemudian dinaikkan. Para pecinta keris yang suka akan dongeng-dongeng inilah yang sering tertipu, maklum saja yang dibeli adalah dongengnya bukan kwalitas garapnya.

3. Meneliti si Penjualnya, Pemakai (orang Rumahan), Pedagang, Kolektor, Perantara, Paranormal atau orang yang tidak tahu keris
• Dari sisi si penjual kita akan dapat membedakan sekali kelas keris yang akan dijual. Sebagai contoh keris yang dimiliki oleh orang rumahan sebagai benda warisan biasanya tidak tahu-menahu masalah harga, mereka hanya memperkirakan dengan nilai mas kawin seperti yang diceritakan kakek atau buyutnya. Dulu keris ini dibeli dengan dua ekor kerbau, jadi mas kawinnya sekarang 15 juta. Namun ada juga yang tidak tahu harga keris dan menjualnya seperti barang rosokan.
• Seorang pedagang keris, biasanya memiliki lebih dari satu keris, dari kelas rendah sampai kelas bagus, disini yang kadang seorang pedagang keris juga ahli dalam hal dongeng mendongeng. Hal ini tetap sama untuk menaikkan harga keris tersebut
• Seorang kolektor keris, ya kadang seorang kolektor menjual beberapa koleksinya, tapi perlu hati-hati. Biasanya keris yang dijual kolektor ini adalah keris yang tidak lolos seleksi oleh kolektor yang bersangkutan. Kalau ada keris yang bagus pastilah masih dia simpan sendiri, dan biasanya dia berani banting harga jika kita mengetahui kelemahan dari keris yang dijualnya tersebut. Kolektor sudah mulai pandai dan beralih ke keris-keris yang mapan dan berkualitas
• Seorang perantara keris, biasanya menawarkan keris dengan menaikkan harga keris tersebut jauh diatas harga dari yang punya, walau ada juga yang terang-terangan meminta komisi 10 % dari nilai transaksi. Perantara ini biasanya mengetahui dan paham keris sehingga pandai juga mendongeng tentang keris.
• Seorang yg tidak tahu keris, biasanya membawa keris yang tidak diketahui kualitasnya, kadang keris kuningan dia kira keris beneran, namun kadang juga keris bagus dijual dengan harga yang murah.

4. Mengukur kekuatan budget

Ini langkah terakhir dalam membeli keris, kalau budget kita tidak memnuhi untuk sebuah keris tidak perlu dipaksakan, bisa-bisa malah menganggu ekonomi keluarga, hehehehehe. Ingat selalu membeli keris lebih mudah dari pada menjualnya, apalagi keris yang kita beli adalah keris kelas menengah kebawah, sudah pasti susah dicarikan pembelinya.

Keris Kyai Sengkelat Hamengkubuwono V


Dapur / Bentuk / Nama : Keris Kyai Sengkelat.
Pamor / Lambang / Filosofi : Kulit Semongko.
Tangguh / Era Pembuatan / Estimasi: Hamengkubuwono V.
Era Tahun : Abad 14-16.
Model Bilah Pusaka: Keris Luk 13.
Panjang Bilah-Gonjo Keris :  36 CM.
Panjang Seluruh Keris: 43 CM.
Asal Usul Pusaka : Koleksi Pusaka Dunia.
Warangka Sarung Keris Ladrang Surakarta, Kayu Cendana yang merupakan Kayu Bertuah Termahal karena selalu harum walau tanpa diberi minyak.
Tentang Hamengkubuwana V : Nama Asli Sri Sultan Hamengkubuwana V adalah Gusti Raden Mas Gathot Menol, putra keenam Hamengkubuwana IV yang lahir pada tanggal 24 Januari 1820 dari permaisuri Gusti Kangjeng Ratu Kencono. Sewaktu dewasa ia bergelar Pangeran Mangkubumi. Ia juga pernah mendapat pangkat Letnan Kolonel tahun 1839 dan Kolonel tahun 1847 dari pemerintah Hindia Belanda. Melihat tahun pemerintahannya dimulai tahun 1823 sedang lahirnya adalah tahun 1820 maka Sultan Hamengku Buwono V waktu permulaan bertakhta baru berumur 3 (dua) tahun.

Hamengkubuwana V sendiri mendekatkan hubungan Keraton Yogyakarta dengan pemerintahan Hindia-Belanda yang berada di bawah Kerajaan Belanda, untuk melakukan taktik perang pasif, dimana ia menginginkan perlawanan tanpa pertumpahan darah. Sri Sultan Hamengkubuwana V mengharapkan dengan dekatnya pihak keraton Yogyakarta dengan pemerintahan Belanda akan ada kerjasama yang saling menguntungkan antara pihak keraton dan Belanda, sehingga kesejahteraan dan keamanan rakyat Yogyakarta dapat terpelihara.

Kebijakan Hamengkubuwana V tersebut ditanggapi dengan tentangan oleh beberapa kanjeng abdi dalem dan adik Sultan HB V sendiri, yaitu Gusti Raden Mas Mustojo (nantinya naik takhta bergelar Hamengkubuwana VI). Mereka menganggap tindakan Sultan HB V adalah tindakan yang mempermalukan Keraton Yogyakarta sebagai pengecut, sehingga dukungan terhadap Sultan Hamengkubuwana V pun berkurang dan banyak yang memihak adik sultan untuk menggantikan sultan dengan GRM Mustojo. Keadaan semakin menguntungkan GRM Mustojo setelah ia berhasil mempersunting putri Kesultanan Brunai dan menjalin ikatan persaudaraan dengan Kesultanan Brunai. Kekuasaan Sultan Hamengkubuwana V semakin terpojok setelah timbul konflik di dalam tubuh keraton yang melibatkan istri ke-5 sultan sendiri, Kangjeng Mas Hemawati. Sri Sultan Hamengkubuwana V hanya mendapatkan dukungan dari rakyat yang merasakan pemerintahan yang aman dan tenteram selama masa pemerintahannya.

Sri Sultan Hamengkubuwana V wafat pada tahun 1855 dalam sebuah peristiwa yang hanya sedikit diketahui orang, peristiwa itu dikenal dengan wereng saketi tresno (“wafat oleh yang dicinta”), Sri Sultan meninggal setelah ditikam oleh istri ke-5-nya, yaitu Kangjeng Mas Hemawati, yang sampai sekarang tidak diketahui apa penyebab istrinya berani membunuh Sultan, suaminya. Sultan HB V mendapat gelar Sinuhun Menol.

Tidak lama setelah Sultan Hamengkubuwana V meninggal, tiga bulan kemudian permaisuri Sri Sultan Hamengkubuwana V pun meninggal setelah jatuh sakit semenjak suaminya meninggal. Kedudukan sultan pun digantikan oleh adiknya seibu, GRM Mustojo, bergelar Hamengkubuwana VI.

Tentang Sejarah Keris Kyai Sengkelat ; Ketika Kerajaan  Majapahit mulai surut, hiduplah seorang  empu keris yang sakti mandraguna. Dia bernama Jaka Supa putra dari  Bupati Empu yang bernama Ki Supadriya.  Jaka Supa adalah seorang  pemuda yang sederhana, namun sangat menyukai tapa brata istilah jawanya adalah “Gentur lelaku prihatin”. Kelak atas perjuangan tapa bratanya, beliau akan menurunkan pusaka pusaka yang hebat dan juga menurunkan empu-empu  pembuat keris yang luar biasa di tanah jawa. Konon pada suatu ketika, wilayah kerajaan Majapahit dilanda “pagebluk” yang sangat nggegirisi,hingga banyak para kawula (rakyat jelata) yang pagi sakit sore meninggal dan sore sakit paginya meninggal.Tidak hanya para rakyat jelata, banyak juga beberapa bangsawan, pandita dan sebagainya terserang penyakit  yang sangat misterius ini. Hingga akhirnya kekawatiran Sang Prabu atas nasib penghuni Kraton oleh sebab ganasnya pageblug tersebut terjadi juga, Dyah Ayu Sekar Kedaton  jatuh sakit.Sudah beberapa tabib pinunjul dari penjuru negeri dihadirkan untuk membatu kepulihan sang putri,  namun toh hasilnya selalu nihil. Bahkan kalau malam menjelang , penyakit sang putri kian menjadi jadi. Untuk menghindari kejadian yang tidak di inginkan, sang prabu menugaskan segenap abdi dalem untuk bergiliran menjaga sang putri, khususnya di malam hari. Hingga suatu malam,  sampailah giliran jaga itu jatuh pada Tumenggung Supandriya dan Tumenggung Supagati. Akan tetapi,  karena mereka berdua  ternyata sakit, maka tugas itu diwakilkan kepada anak anak mereka. Jaka Supa putra dari Tumennggung Supandriya dan Majigjo adalah putra dari Tumenggung Supagati. Sore itu langit agak mendung, disebelah barat semburat sinar matahari tampak kemerahan menyaput mega. Hingga dari jauh terlihat menakutkan laksana banjir darah siap menerkam majapahit. Mereka (Jaka Supa dan Majigja ) berangkat bersama sama menuju Kraton, ditengah perjalanan tak henti hentinya Majigja menceritakan kerisnya yang indah berlapis emas hasil buatanya sendiri. Keris itu diberinya nama sabuk Inten, sebuah keris yang indah, anggun, berpamor eksotis  dan menyimpan enegi  gaib yang  luar biasa, bahkan sembari bercanda, kadang  Majigja setengah meledek keris buatan Jaka Supa yang diberi nama Kyai Sengkelat itu. Sengkelat memang berbentuk sangat sederhana, dia sangat polos , tak banyak ornamen, ibarat naga dia bagaikan seekor naga yang hitam legam tanpa mahkota. Namun dibalik kesederhanaanya itulah, Sengkelat adalah keris yang pilih tanding. Sesampai di keputren, mereka berdua langsung mengambil tempat jaga masing masing. Jaka Supa di sebelah kanan regol, sedangkan Majigja disebelah kiri.Beberapa saat waktu berlalu ,tidak terjadi apa-apa. Namun menjelang tengah malam, tiba tiba angin berdesir agak kencang menebar aura mistis yang menggetarkan hati para prajurit yang ikut menjaga kediaman sang putri, angin itu makin melembut dan melembut, hingga akhirnya banyak prajurit yang kemudian bergelimpangan tak mampu menahan hawa kantuk yang luar biasa. Tiba-tiba dari arah Gedong pusaka muncul sinar merah kehitaman yang sangat terang benderang, sinar itu naik memanjat langit setinggi  lima pohon kelapa dewasa. Sinar tersebut berpendar pendar ke segala penjuru, menebarkan  hawa teluh atau wabah penyakit yang mengakibatkan pageblug tersebut. Jaka Supa dan Majigja tak bergeming, ternyata hanya mereka berdua yang masih tersisa dari serangan hawa kantuk tersebut,  mereka meningkatkan kewaspadaan  , setelah mereka cermati ternyata sinar yang menebar teluh tersebut adalah Keris Kyai Condong Campur. Sabuk Inten yang sedari tadi sudah okrak-okrok pengen keluar dari warangkanya tiba tiba melesat naik ke angkasa, pertempuran condong campur dan sabuk inten tak terelakan lagi, namun sabuk inten memang jauh dibawah condong campur, baru sekitar sepuluh menit sabuk inten dapat dikalahkan dan balik ke warangkanya. Bahkan lambung Sabuk Inten “grimpil” dibagian depan , akibat hantaman Condong Campur. Jaga Supa tanggap sasmita, Sengkelat segera dicabut dari warangkanya setelah mendapat restu, keris pusaka tersebut membumbung tinggi ke angkasa, pertempuran terjadi sangat sengit sekali, desak mendesak dan serang menyerang. Setelah hampir subuh condong campur mulai kewalahan hingga akhirnya Sengkelat berhasil mematahkan ujung condong campur satu luk, akhirnya condong campurpun ngibrit ketakutan dan masuk kembali ke gedong pusaka. Sejak saat itu condong campur tak pernah keluar lagi menebar pageblug,  semenjak saat itu pula Dyah Ayu sekar kedaton berangsur angsur sembuh, dan  atas jasa-jasanya Jaka Supa akhirnya diangkat menjadi Empu Kerajaan kesayangan sang Prabu. Kelak dari tangannya akan lahir pusaka pusaka hebat yang sampai saat ini dikejar kejar oleh para pecinta keris, dan dari beliau juga akan lahir empu empu hebat penerusnya, keturunan terakhir beliau menurut cerita adalah Empu Djeno Harum Braja dari Ngayugyokarto Hadiningrat. Berhubungan dengan cerita di atas, simbah selalu berpesan ;

Lee..…. tirunen si sengkelat, dia adalah simbol wong cilik tapi sugih ngelmu“bathok bolu isi madu” paribasane.  Sengkelat orang seneng nuduhake kasudibyane, walau dia sakti, kuat namun sosoknya sangat sederhana, sak anane atau sakmadya. Menurut simbah Sengkelat menjadi ikon bagi para  kawula alit yang berilmu tinggi. Konon, kelak dinusantara ini akan muncul sosok pemuda yang sederhana, tapi ketinggian ilmu lahir batinnya luar biasa, dia berasal dari keluarga biasa, yang lebih aneh lagi pemuda tersebut mempunyai pusaka Kanjeng Kyai Sengkelat sebagai tanda bahwa ia adalah pengemban amanat leluhur. Pemuda tersebut akan berjuang membangun Nusantara menjadi negeri yang aman, adil dan makmur.

Razia Kendaraan Bermotor Di Pekalongan

Akhir - akhir ini jajaran  Satuan Lalu Lintas Kepolisian Resor Pekalongan baik Kabupaten maupun kotamadya  rajin menggelar razia kendaraan bermotor di jalur pantura tiap pagi dan sore dalam dua kali sepekan. ini adalah hal yang sangat baik, kalau bisa tiap hari bisa dua kali sehari kayak minum obat. alangkah baiknya juga jangan hanya di jalur pantura, hal ini untuk mengantisipasi banyaknya pelanggaran lalin, kelengkapan surat juga meminimalisir kejahatan curanmor dan aksi kejahatan lainnya terutama kegiatan terorrisme. semakin banyak yang ditilang kas negara juga bertambah yang penting tidak masuk kantong sendiri ya om polisi? "celanane aja dibolongi" .
lampu merah juga masih banyak yang harus dibenahi, kalau bangjo mati malah "sepi" om polisinya. pokoke baguslah razia terus, jangan lupa juga razia miras, judi dan narkoba. 











INGON-INGON PERKUTUT NGEDOHI SETAN

Manawa kasawang saka ilmu jiwa ingon-ingon manuk perkutut iku ora baen-baen, sebab kajaba kalebu golongane “Seni Swara”, ugoa mukarabi marang panggulawentah, sarta bisa mahanani katentreman.
Priyayi kang seneng kekututan daleme mesti tata-tertip, patrap-patrap kang biyayakan, rembug-rembug kang sora lan kasar,mesti ora ana, sakawit ya mung sabab pangeman marang sang kutut, nanging ora njarak jebul ndayani marang tata tertib.
Sapa kang ingon-ingon perkutut, mesti tangi esuk, sakawit ya mung tumuju marang sang perkutut, bisa nggantang ing sadurunge srengenge mletek, nanging lawase lawas
dadi pakulinan … tangi esuk.
Dina minggu, liburan,ora kluyuran mrana-mrene, ora dolan-dolan kang tanpa gawe, sakawit ya mung arep ngematake anggunge sang perkutut, nanging lawase lawas, dadi pakulinan … jenak ana ndalem.
Pikolehe kang ceta, ingon-ingon perkutut nyiyutake pandulu, ngedohi setan kang tansah nggegalak racak.

Selasa, 23 Februari 2016

Makna Tembang Mocopat dalam kehidupan (Khasanah Jawa)

KIDUNG PANGURIPAN  “SAKA GURU”

Nah, di zaman Madya atau mercapadha ini manusia memiliki kecenderungan sifat-sifat yang negatif. Sebagai pembawaan unsur “setan”, setan tidak dipahami sebagai makhluk gaib gentayangan penggoda iman, melainkan sebagai kata kiasan dari nafsu negatif yang ada di dalam segumpal darah (kalbu). Mercapadha merupakan perjalanan hidup PALING SINGKAT namun PALING BERAT dan SANGAT MENENTUKAN kemuliaan manusia dalam KEHIDUPAN SEBENARNYA yang sejati abadi azali. Para perintis bangsa di zaman dulu telah menggambarkan bagaimana keadaan manusia dalam berproses mengarungi kehidupan di dunia selangkah demi selangkah yang dirangkum dalam tembang macapat (membaca sipat). Masing-masing tembang menggambarkan proses perkembangan manusia dari sejak lahir hingga mati. Ringkasnya, lirik nada yang digubah ke dalam berbagai bentuk tembang menceritakan sifat lahir, sifat hidup, dan sifat mati manusia sebagai sebuah perjalanan yang musti dilalui setiap insan. Penekanan ada pada sifat-sifat buruk manusia, agar supaya tembang tidak sekedar menjadi iming-iming, namun dapat menjadipepeling dan saka guru untuk perjalanan hidup manusia. Berikut ini alurnya :

1. MIJIL

Mijil artinya lahir. Hasil dari olah jiwa dan raga laki-laki dan perempuan menghasilkan si jabang bayi. Setelah 9 bulan lamanya berada di rahim sang ibu, sudah menjadi kehendak Hyang Widhi si jabang bayi lahir ke bumi. Disambut tangisan membahana waktu pertama merasakan betapa tidak nyamannya berada di alam mercapadha. Sang bayi terlanjur enak hidup di zaman dwaparayuga, namun harus netepi titah Gusti untuk lahir ke bumi. Sang bayi mengenal bahasa universal pertama kali dengan tangisan memilukan hati. Tangisan yang polos, tulus, dan alamiah bagaikan kekuatan getaran mantra tanpa tinulis.Kini orang tua bergembira hati, setelah sembilan bulan lamanya menjaga sikap dan laku prihatin agar sang rena (ibu) dan si ponang(bayi) lahir dengan selamat. Puja puji selalu dipanjat agar mendapat rahmat Tuhan Yang Maha Pemberi Rahmat atas lahirnya si jabang bayi idaman hati.

2. MASKUMAMBANG
Setelah lahir si jabang bayi, membuat hati orang tua bahagia tak terperi. Tiap hari suka ngudang melihat tingkah polah sang bayi yang lucu dan menggemaskan. Senyum si jabang bayi membuat riang bergembira yang memandang. Setiap saat sang bapa melantunkan tembang pertanda hati senang dan jiwanya terang. Takjub memandang kehidupan baru yang sangat menantang. Namun selalu waspada jangan sampai si ponang menangis dan demam hingga kejang. Orang tua takut kehilangan si ponang, dijaganya malam dan siang agar jangan sampai meregang. Buah hati bagaikan emassegantang. Menjadi tumpuan dan harapan kedua orang tuannya mengukir masa depan. Kelak jika sudah dewasa jadilah anak berbakti kepada orang tua, nusa dan bangsa.

3. KINANTI

Semula berujud jabang bayi merah merekah, lalu berkembang menjadi anak yang selalu dikanthi-kanthi kinantenan orang tuannya sebagai anugrah dan berkah. Buah hati menjadi tumpuan dan harapan. Agar segala asa dan harapan tercipta, orang tua selalu membimbing dan mendampingi buah hati tercintanya. Buah hati bagaikan jembatan, yang dapat menyambung dan mempererat cinta kasih suami istri. Buah hati menjadi anugrah ilahi yang harus dijaga siang ratri. Dikanthi-kanthi (diarahkan dan dibimbing) agar menjadi manusia sejati. Yang selalu menjaga bumi pertiwi.

4. SINOM

Sinom isih enom. Jabang bayi berkembang menjadi remaja sang pujaan dan dambaan orang tua dan keluarga. Manusia yang masih muda usia. Orang tua menjadi gelisah, siang malam selalu berdoa dan menjaga agar pergaulannya tidak salah arah. Walupun badan sudah besar namun remaja belajar hidup masih susah. Pengalamannya belum banyak, batinnya belum matang, masih sering salah menentukan arah dan langkah. Maka segala tindak tanduk menjadi pertanyaan sang bapa dan ibu. Dasar manusia masih enom (muda) hidupnya sering salah kaprah.

5. DHANDANGGULA

Remaja beranjak menjadi dewasa. Segala lamunan berubah ingin berkelana. Mencoba hal-hal yang belum pernah dirasa. Biarpun dilarang agama, budaya dan orang tua, anak dewasa tetap ingin mencobanya. Angan dan asa gemar melamun dalam keindahan dunia fana. Tak sadar jiwa dan raga menjadi tersiksa. Bagi anak baru dewasa, yang manis adalah gemerlap dunia dan menuruti nafsu angkara, jika perlu malah berani melawan orang tua. Anak baru dewasa, remaja bukan dewasa juga belum, masih sering terperdaya bujukan nafsu angkara dan nikmat dunia. Sering pula ditakut-takuti api neraka, namun tak akan membuat sikapnya menjadi jera. Tak mau mengikuti kareping rahsa, yang ada selalu nguja hawa. Anak dewasa merasa rugi bila tak mengecap manisnya dunia. Tak peduli orang tua terlunta, yang penting hati senang gembira. Tak sadar tindak tanduknya bikin celaka, bagi diri sendiri, orang tua dan keluarga. Cita-citanya setinggi langit, sebentar-sebentar minta duit, tak mau hidup irit. Jika tersinggung langsung sengit. Enggan berusaha yang penting apa-apa harus tersedia. Jiwanya masih muda, mudah sekali tergoda api asmara. Lihat celana saja menjadi bergemuruh rasa di dada. Anak dewasa sering bikin orang tua ngelus dada. Bagaimanapun juga mereka buah dada hati yang dicinta. Itulah sebabnya orang tua tak punya rasa benci kepada pujaan hati. Hati-hati bimbing anak muda yang belum mampu membuka panca indera, salah-salah justru bisa celaka semuanya.

6. ASMARADANA

Asmaradana atau asmara dahana yakni api asmara yang membakar jiwa dan raga. Kehidupannya digerakkan oleh motifasi harapan dan asa asmara. Seolah dunia ini miliknya saja. Membayangkan dirinya bagaikan sang pujangga atau pangeran muda. Apa yang dicitakan haruslah terlaksana, tak pandang bulu apa akibatnya. Hidup menjadi terasa semakin hidup lantaran gema asmara membahana dari dalam dada. Biarlah asmara membakar semangat hidupnya, yang penting jangan sampai terlena. Jika tidak, akan menderita dikejar-kejar tanggungjawab hamil muda. Sebaliknya akan hidup mulia dan tergapai cita-citanya. Maka sudah menjadi tugas orang tua membimbing mengarahkan agar tidak salah memilih idola. Sebab sebentar lagi akan memasuki gerbang kehidupan baru yang mungkin akan banyak mengharu biru. Seyogyanya suka meniru tindak tanduk sanggurulaku, yang sabar membimbing setiap waktu dan tak pernah menggerutu. Jangan suka berpangku namun pandailah memanfaatkan waktu. Agar cita-cita dapat dituju. Asmaradana adalah saat-saat yang menjadi penentu, apakah dirimu akan menjadi orang bermutu, atau polisi akan memburu dirimu. Salah-salah gagal menjadi menantu, malah akan menjadi seteru.

7. GAMBUH

Gambuh atau Gampang Nambuh, sikap angkuh serta acuh tak acuh, seolah sudah menjadi orang yang teguh, ampuh dan keluarganya tak akan runtuh. Belum pandai sudah berlagak pintar. Padahal otaknya buyar matanya nanar merasa cita-citanya sudah bersinar. Menjadikannya tak pandai melihat mana yang salah dan benar. Di mana-mana ingin diakui bak pejuang, walau hatinya tak lapang. Pahlawan bukanlah orang yang berani mati, sebaliknya berani hidup menjadi manusia sejati. Sulitnya mencari jati diri kemana-mana terus berlari tanpa henti. Memperoleh sedikit sudah dirasakan banyak, membuat sikapnya mentang-mentang bagaikan sang pemenang. Sulit mawas diri, mengukur diri terlalu tinggi. Ilmu yang didapatkannya seolah menjadi senjata ampuh tiada tertandingi lagi. Padahal pemahamannya sebatas kata orang. Alias belum bisa menjalani dan menghayati. Bila merasa ada yang kurang, menjadikannya sakit hati dan rendah diri. Jika tak tahan ia akan berlari menjauh mengasingkan diri. Menjadi pemuda pemudi yang jauh dari anugrah ilahi. Maka, belajarlah dengan teliti dan hati-hati. Jangan menjadi orang yang mudah gumunan dan kagetan. Bila sudah paham hayatilah dalam setiap perbuatan. Agar ditemukan dirimu yang sejati sebelum raga yang dibangga-banggakan itu menjadi mati.

8. DURMA

Munduring tata krama. Dalam cerita wayang purwa dikenal banyak tokoh dari kalangan “hitam” yang jahat. Sebut saja misalnya Dursasana, Durmagati,Duryudana. Dalam terminologi Jawa dikenal berbagai istilah menggunakan suku kata dur/ dura (nglengkara) yang mewakili makna negatif (awon). Sebut saja misalnya :duraatmoko, duroko, dursila, dura sengkara, duracara (bicara buruk),durajaya, dursahasya, durmala, durniti, durta, durtama, udur, dst. Tembang Durma, diciptakan untuk mengingatkan sekaligus menggambarkan keadaan manusia yang cenderung berbuat buruk atau jahat. Manusia gemar udur atau cekcok, cari menang dan benernya sendiri, tak mau memahami perasaan orang lain. Sementara manusia cendrung mengikuti hawa nafsu yang dirasakan sendiri (nuruti rahsaning karep). Walaupun merugikan orang lain tidak peduli lagi. Nasehat bapa-ibu sudah tidak digubris dan dihiraukan lagi. Lupa diri selalu merasa iri hati. Manusia walaupun tidak mau disakiti, namun gemar menyakiti hati. Suka berdalih niatnya baik, namun tak peduli caranya yang kurang baik. Begitulah keadaan manusia di planet bumi, suka bertengkar, emosi, tak terkendali, mencelakai, dan menyakiti. Maka hati-hatilah, yang selalu eling dan waspadha.

9. PANGKUR

Bila usia telah uzur, datanglah penyesalan. Manusia menoleh kebelakang (mungkur) merenungkan apa yang dilakukan pada masa lalu. Manusia terlambat mengkoreksi diri, kadang kaget atas apa yang pernah ia lakukan, hingga kini yang ada tinggalah menyesali diri. Kenapa dulu tidak begini tidak begitu. Merasa diri menjadi manusia renta yang hina dina sudah tak berguna. Anak cucu kadang menggoda, masih meminta-minta sementara sudah tak punya lagi sesuatu yang berharga. Hidup merana yang dia punya tinggalah penyakit tua. Siang malam selalu berdoa saja, sedangkan raga tak mampu berbuat apa-apa. Hidup enggan mati pun sungkan. Lantas bingung mau berbuat apa. Ke sana-ke mari ingin mengaji, tak tahu jati diri, memalukan seharusnya sudah menjadi guru ngaji. Tabungan menghilang sementara penyakit kian meradang. Lebih banyak waktu untuk telentang di atas ranjang. Jangankan teriak lantang, anunya pun sudah tak bisa tegang, yang ada hanyalah mengerang terasa nyawa hendak melayang. Sanak kadhang enggan datang, karena ingat ulahnya di masa lalu yang gemar mentang-mentang. Rasain loh bentar lagi menjadi bathang..!!


10. MEGATRUH


Megat ruh, artinya putusnya nyawa dari raga. Jika pegat tanpa aruh-aruh. Datanya ajal akan tiba sekonyong-konyong. Tanpa kompromi sehingga manusia banyak yang disesali. Sudah terlambat untuk memperbaiki diri. Terlanjur tak paham jati diri. Selama ini menyembah tuhan penuh dengan pamrih dalam hati, karena takut neraka dan berharap-harap pahala surga. Kaget setengah mati saat mengerti kehidupan yang sejati. Betapa kebaikan di dunia menjadi penentu yang sangat berarti. Untuk menggapai kemuliaan yang sejati dalam kehidupan yang azali abadi. Duh Gusti, jadi begini, kenapa diri ini sewaktu masih muda hidup di dunia fana, sewaktu masih kuat dan bertenaga, namun tidak melakukan kebaikan kepada sesama. Menyesali diri ingat dulu kala telah menjadi durjana. Sembahyangnya rajin namun tak sadar sering mencelakai dan menyakiti hati sesama manusia. Kini telah tiba saatnya menebus segala dosa, sedih sekali ingat tak berbekal pahala. Harapan akan masuk surga, telah sirna tertutup bayangan neraka menganga di depan mata. Di saat ini manusia baru menjadi saksi mati, betapa penyakit hati menjadi penentu dalam meraih kemuliaan hidup yang sejati. Manusia tak sadar diri sering merasa benci, iri hati, dan dengki. Seolah menjadi yang paling benar, apapun tindakanya ia merasa paling pintar, namun segala keburukannya dianggapnya demi membela diri. Kini dalam kehidupan yang sejati, sungguh baru bisa dimengerti, penyakit hati sangat merugikan diri sendiri. Duh Gusti…!

11. POCUNG

Pocung atau pocong adalah orang yang telah mati lalu dibungkus kain kafan. Itulah batas antara kehidupan mercapadha yang panas dan rusak dengan kehidupan yang sejati dan abadi. Bagi orang yang baik kematian justru menyenangkan sebagai kelahirannya kembali, dan merasa kapok hidup di dunia yang penuh derita. Saat nyawa meregang, rasa bahagia bagai lenyapkan dahaga mereguk embun pagi. Bahagia sekali disambut dan dijemput para leluhurnya sendiri. Berkumpul lagi di alam yang abadi azali. Kehidupan baru setelah raganya mati.
Tak terasa bila diri telah mati. Yang dirasa semua orang kok tak mengenalinya lagi. Rasa sakit hilang badan menjadi ringan. Heran melihat raga sendiri dibungkus dengan kain kafan. Sentuh sana sentuh sini tak ada yang mengerti. Di sana-di sini ketemu orang yang menangisi. Ada apa kok jadi begini, merasa heran kenapa sudah bahagia dan senang kok masih ditangisi. Ketemunya para kadhang yang telah lama nyawanya meregang. Dalam dimensi yang tenang, hawanya sejuk tak terbayang. Kemana mau pergi terasa dekat sekali. Tak ada lagi rasa lelah otot menegang. Belum juga sadar bahwa diri telah mati. Hingga beberapa hari barulah sadar..oh jasad ini telah mati. Yang abadi tinggalah roh yang suci.
Sementara yang durjana, meregang nyawa tiada yang peduli. Betapa sulit dan sakit meregang nyawanya sendiri, menjadi sekarat yang tak kunjung mati. Bingung kemana harus pergi, toleh kanan dan kiri semua bikin gelisah hati. Seram mengancam dan mencekam. Rasa sakit kian terasa meradang. Walau mengerang tak satupun yang bisa menolongnya. Siapapun yang hidup di dunia pasti mengalami dosa. Tuhan Maha Tahu dan Bijaksana tak pernah luput menimbang kebaikan dan keburukan walau sejumput. Manusia baru sadar, yang dituduh kapir belum tentu kapir bagi Tuhan, yang dianggap sesat belum tentu sesat menurut Tuhan. Malah-malah yang suka menuduh menjadi tertuduh. Yang suka menyalahkan justru bersalah. Yang suka mencaci dan menghina justru orang yang hina dina. Yang gemar menghakimi orang akan tersiksa. Yang suka mengadili akan diadili. Yang ada tinggalah rintihan lirih tak berarti, “Duh Gusti pripun kok kados niki…! Oleh sebab itu, hidup kudu jeli, nastiti, dan ngati-ati. Jangan suka menghakimi orang lain yang tak sepaham dengan diri sendiri. Bisa jadi yang salah malah pribadi kita sendiri. Lebih baik kita selalu mawas diri, agar kelak jika mati arwahmu tidak nyasar menjadimemedi.


12. WIRANGRONG


Hidup di dunia ini penuh dengan siksaan, derita, pahit dan getir, musibah dan bencana. Namun manusia bertugas untuk merubah semua itu menjadi anugrah dan bahagia. Manusia harus melepaskan derita diri pribadi, maupun derita orang lain. Manusia harus saling asah asih dan asuh kepada sesama. Hidup yang penuh cinta kasih sayang, bukan berarti mencintai dunia secara membabi-buta, namun artinya manusia harus peduli, memelihara dan merawat, tidak membuat kerusakan bagi sesama manusia lainnya, bagi makhluk hidup dan maupun jagad raya seisinya. Itulah nilai kebaikan yang bersifat universal. Sebagai wujud nyata hamemayu hayuning bawana, rahmatan lil alamin.
Jangan lah terlambat, akan mengadu pada siapa bila jasad sudah masuk ke liang lahat (ngerong). Wirangrong, Sak wirange mlebu ngerong, berikut segala perbuatan memalukan selama hidup ikut dikubur bersama jasad yang kaku. Keburukannya akan diingat masyarakat, aibnya dirasakan oleh anak, cucu, dan menantu. Jika kesadaran terlambat manusia akan menyesal namun tak bisa lagi bertobat. Tidak pandang bulu, yang kaya atau melarat, pandai maupun bodoh keparat, yang jelata maupun berpangkat, tidak pandang derajat seluruh umat. Semua itu sekedar pakaian di dunia, tidak bisa menolong kemuliaan di akherat. Hidup di dunia sangatlah singkat, namun mengapa manusia banyak yang keparat. Ajalnya mengalami sekarat. Gagal total merawat barang titipan Yang Mahakuasa, yakni segenap jiwa dan raganya.
Jika manusia tak bermanfaat untuk kebaikan kepada sesama umat, dan kepada seluruh jagad, merekalah manusia bejat dan laknat.Pakaian itu hanya akan mencelakai manusia di dalam kehidupan yang sejati dan abadi. Orang kaya namun pelit dan suka menindas, orang miskin namun kejam dan pemarah, orang pandai namun suka berbohong dan licik, orang bodoh namun suka mencelakai sesama, semua itu akan menyusahkan diri sendiri dalam kehidupan yang abadi. Datanglah penyesalan kini, semua yang benar dan salah tak tertutup nafsu duniawi. Yang ada tinggalah kebenaran yang sejati. Mana yang benar dan mana yang salah telah dilucuti, tak ada lagi secuil tabirpun yang bisa menutupi. Semua sudah menjadi rumus Ilahi.
Di alam penantian nanti, manusia tak berguna tetap hidup di alam yang sejati dan hakiki, namun ia akan merana, menderita, dan terlunta-lunta. Menebus segala dosa dan kesalahan sewaktu hidup di planet bumi. Lain halnya manusia yang berguna untuk sesama di alam semesta, hidupnya di alam keabadian meraih kemuliaan yang sejati. Bahagia tak terperi, kemana-mana pergi dengan mudah sekehendak hati. Ibarat “lepas segala tujuannya” dan “luas kuburnya”. Tiada penghalang lagi, seringkali menengok anak cucu cicit yang masih hidup di dimensi bumi. Senang gembira rasa hati, hidup sepanjang masa di alam keabadian (Kang Mas Sabdolangit).

Sekar / TembangPupuhTembang
01Asmaradana643.717
02Balabak16676
03Dhandhanggula (Sarkara)735.207
04Dudukwuluh (Megatruh)521.929
05Durma17483
06Gambuh55975
07Girisa30897
08Jurudemung421.168
09Kinanthi653.505
10Lonthang9470
11Maskumambang421.704
12Mijil462.563
13Pangkur401.469
14Pucung582.388
15Salisir12522
16Sinom642.675
17Wirangrong