Jumat, 11 Maret 2016

Tiga Dasar Pandangan Hidup Orang Jawa yang Layak Diteladani

Falsafah dalam hidup menjadi hal penting yang dikenal, diketahui dan dilakoni (dijalani) oleh masyarakat Jawa.

Falsafah Pertama: Sakmadya

 Falsafah ini mengajarkan kita bahwa menjalani hidup sebagai orang Jawa harus secukupnya, tak perlu bermewahan atau berlebihan dalam segala hal.

 

Falsafah hidup kedua : Semeleh

Orang-orang Jawa sering terlihat kurang ngotot berusaha untuk meraih sesuatu. Itu bukan berarti mereka tidak mencoba atau tidak mau berusaha. Mereka berusaha hingga batas yang dapat mereka hadapi. Selebihnya, mereka memasrahkan itu kepada Tuhan. Inilah yang disebut sebagai semeleh
 Semeleh itu ikhlas dengan seluruh permasalahan atau beban, membiarkan Tuhan yang mengatur dan memberikan solusinya.



Falsafah Ketiga: Sangkan paraning dumadi

Falsafah ini mengajarkan tentang, “apa yang kita tanam itu apa yang akan kita petik hasilnya nanti”. Itu sebabnya tidak sedikit orang Jawa asli yang mudah membantu orang atau ringan tangan, mudah memberi dan mudah memaafkan. Mereka yang mudah memberi selalu percaya, kebaikan mereka hari ini akan berbuah manis kelak, jika kebaikan yang sama atau lebih baik tidak diterima oleh dirinya maka akan diterima oleh anak cucunya.  Orang Jawa asli yang mudah memaafkan ini juga menganut kepercayaan bahwa berlama-lama terlarut dalam kemarahan atau kebencian tidak akan ada hasilnya.  Jadi, jalan damailah yang dipilih, yaitu memaafkan.