Pesta laut Tanjung Sari –Baritan
Sudah menjadi tradisi kehidupan nelayan di wilayah pantura jawa tengah,yaitu sebuah tradisi pesta laut atau yang sering di sebut oleh nelayan tanjung sari pemalang dengan istilah baritan,tradisi ini sudah turun menurun di lakukan di kampung nelayan ini,acara tradisi ini di adakan sebagai wujud rasa syukur para nelayan terhdapa rezeki yang di berikan oleh Allah.dalam tradisi baritan ini ada tradisi larung sesaji laut yaitu berupa kepala kerbau yang di hanyutkan di tengah laut.
Sampai sekarang tradisi ini masih di jalankan,biasanya di lakukan pada bulan muharram ,tapi juga belum tentu,kalau di tanjungsari biasanya di lalukan berdasarkan dari musyawarah para anggota koprasi nelayan.kadang di lakukan pada bulan agustus,kadang sehabis lebaran,jadi waktunya tidak pasti.
Tradisi baritan ini menjadi hiburan bagi warga nelayantanjungsari pemalang,karena banyak tersedia hiburan seperti pertunjukan wayang,orkes dangdut,atau dulu juga pernah ada pertunjukan layar tancap semlam suntuk,dan biasnya sebagai penutup acara di adakan pengajian syukuran sedekah laut.
Tapi saya mene saya mene awit nelayan kondisine pailit terus,acara baritan wis jarang di laksanakaken,karena baritan butuh dana sing akeh,asline mending daripada nggo baritan mending kanggo kesejahteraan nelayane,tapi wong arane tradisi kadang ora mikir nyampe semono.wis lah ora papa tradisi kuwe di jalakna tapi aja nganti ndadekna wong pada syirik,percaya karo sesaji,karo banyu bekase ndas kebo sing di larung,aja nganti nduwe perasaan atau anggapan sing kaya ngono.wis tetep percaya rezeki sing weweh gusti Allah,baritan di anggep bae sebgai hiburan kanggo wong nelayan,nyenengna anak bojo,ndeleng tontonan gratis.
Rezeki kuwe sing weweh gusti Allah,minyang entuk ora entuk,sepi apa rame,pemetan akeh apa ora,kuwe wis biasa,rezeki wis ana sing ngantur,aja syirik,marahi rugi dunia akhirat,seneng ora nang dunya.sengsara nang akhirat.nyatane gusti Allah esih weweh rezeki,percaya wong nelayan langka bangkrute,tinggal usahane bae luruh iwak sing kiyeng,mesine di dandani sing apik,jaringe di kitengi sing bener,wong iwak ora nandur beh kah,bener apa ora,la iyah…
Wis mana senengna anak bojo ndeleng baritan,tapi aja nganti ngrusk iman.Salam kanggo wong minyang tanjung sari.
Rajid:“Jon pan maring endi,kayonge necis temen,karo sapa koen”
Jon :“Karo pacare pan ndeleng baritan,njuh melu apa ora”
Rajid:“iya wis,engko enyong nyusul,makat ndisit wis,kuwe pacare di gandeng mbokan ilang”
Upacara baritan di tinjau secara sosiologis
Upacara adat baritan merupakan suatu kebudayaan yang berasal dari daerah di pesisir pantai pemalang, tradisi ini di laksanankan sebagai rasa perwujudan syukur para nelayan kepada tuhan yang maha esa atas rezeki yang melimpah dari hasil melaut mereka selama satu tahun. Upacara ini biasanya di laksanakan pada waktu bulan maulud hari selasa atau jumat kliwon, upacara adat baritan ini di lakukan dengan melarung johen atau sejumlah hasil bumi, jajanan pasar, dan buah-buahan ke tengah laut. Yang menarik dari upacara adat ini, selain hasil bumi, jajanan pasar dan buah-buahan juga ikut di larung seekor kepala kerbau, upacara baritan tersebut di lakukan selama tiga hari tiga malam.
Upacara baritan ini selain berfungsi sebagai perwujudan rasa syukur kepada tuhan yang maha esa, juga dimaksudkan sebagai doa para nelayan agar di beri keselamatan saat melaut dan di hindarkan dari malapetaka, tardisi ini merupakan satu-satunya kebudayaan nelayan yang ada di daerah pesisir pantai utara jawa. Upacara adat ini di kalangan masyarakat pesisir pantai pemalang sebenarnya sudah menjadi sebuah kebiasaan yang di lakukan sejak zaman dahulu dan menjadikannya sebagai sebuah kebutuhan yang wajib di laksanakan setiap tahunya.
Secara fungsional kebudayaaan menurut spillman sebernarnya memiliki tiga macam fungsi dan peran dalam kehidupa sosial, pertama kebudayaan sebagai ciri kelompok, komunitas atau masyarakat (a feature of entire groups and societies), dalam hal ini adat upacara baritan merupakan sebuah kebudayaan yang menjadi ciri dari kehidupan sosial masyarakat nelayan pesisir pantai pemalang dari masyarakat nelayan di daerah lainnya. Kedua kebudayaan sebagai ekspresi kehidupan sosial (a separate realm of human expression), upacara adat baritan merupakan kebudayaan yang di hasilkan dari daya kreativitas dan kecerdasan masyarakat nelayan pemalang terdahulu dalam proses beradaptasi terhadap lingkungannya. Ketiga kebudayaan berfungsi sebagai sarana pemaknaan (as meaning-making), kebudayaaan baritan yang tumbuh dan berkembang dalam kehidupan masyarakat memiliki makna yang beragam dan tidak tumbuh secara tiba-tiba akan tetapi merupakan hasil dari proses kreativitas manusia yang saling berkaitan.
Tradisi adat baritan ini terus berlangsung karena memiliki fungsi tersendiri di dalam masyarakat oleh karena itu masyarakat pemalang khususnya masyarakat nelayan pesisir pantai pemalang terus melakukan teradisi adat beritan tersebut, lain halnya jika adat baritan ini tidak memiliki fungsi tersendiri dalam masyarakat nelayan, tentunya adat baritan ini akan di tinggalakan lalu faktor fungsi apa yang terdapat dalam adat baritan ini. Dapat kita ketahui bahwa adat pesta baritan ini memiliki tujuan sebagai rasa syukur atas hasil laut yang melimpah ruah sekaligus sebagai doa agar nelayan di jauhkan dari malapetaka disaat sedang melaut, sehingga dapat di simpulkan fungsi dari pesta adat baritan ini adalah sebaga sebuah media atau tata cara ritual yang di lakukan sebagai media interaksi manusia dengan penciptanya. Masyarakat nelayan sendiri melakukan pelarungan kepala kerbau dan juga jajanan pasar sekaligus buah-buahan dengan maksud agar sang pencipta yakni tuhan yang maha esa ini memberikan keberkahan kepada nelayan dengan tujuan salah-satunya adalah di lancarkannya pekerjaan mereka menangkap ikan di lautan.
Sedangkan apabila di tinjau dari segi evolusionis, kehidupan masyarakat di pesisir pantai pemalang tidak sepenuhnya menerima pola perubahan zaman, dalam artian masyarakat nelayan sendiri masih memegang sistem keyakinan adat istiadat yang nenek moyang mereka lakukan. Hal ini biasa di buktikan dengan masih di lakukannya upacara adat baritan tersebut karena di anggap berfungsi sebagai media komunikasi mereka terhadap sang pencipta,
Dari segi perspektif stuktural dalam upacara adat baritan terdapat sebuah hirarki kedudukan dengan sebuah pembagian jenis pekerjaan, dimana terdapat beberapa kelompok yang mempunyai tugas masing-masing seperti halnya ada kelompok yang bertugas membuat jajanan pasar,ada kelompok yang bertugas menata buah-buahan dan yang paling terpenting dalam pelaksanaan upacara baritan adalah adanya pemimpin upacara adat yang menduduki posisi tertinggi dalam upacara adat tersebut, pemimpin upacara adat ini merupakan orang dari golongan nelayan setempat yang di anggap sesepuh atau orang yang memiliki pengetahuan lebih dari masyarakat lainnya.
Upacara baritan di tinjau secara sosiologis
Upacara adat baritan merupakan suatu kebudayaan yang berasal dari daerah di pesisir pantai pemalang, tradisi ini di laksanankan sebagai rasa perwujudan syukur para nelayan kepada tuhan yang maha esa atas rezeki yang melimpah dari hasil melaut mereka selama satu tahun. Upacara ini biasanya di laksanakan pada waktu bulan maulud hari selasa atau jumat kliwon, upacara adat baritan ini di lakukan dengan melarung johen atau sejumlah hasil bumi, jajanan pasar, dan buah-buahan ke tengah laut. Yang menarik dari upacara adat ini, selain hasil bumi, jajanan pasar dan buah-buahan juga ikut di larung seekor kepala kerbau, upacara baritan tersebut di lakukan selama tiga hari tiga malam.
Upacara baritan ini selain berfungsi sebagai perwujudan rasa syukur kepada tuhan yang maha esa, juga dimaksudkan sebagai doa para nelayan agar di beri keselamatan saat melaut dan di hindarkan dari malapetaka, tardisi ini merupakan satu-satunya kebudayaan nelayan yang ada di daerah pesisir pantai utara jawa. Upacara adat ini di kalangan masyarakat pesisir pantai pemalang sebenarnya sudah menjadi sebuah kebiasaan yang di lakukan sejak zaman dahulu dan menjadikannya sebagai sebuah kebutuhan yang wajib di laksanakan setiap tahunya.
Secara fungsional kebudayaaan menurut spillman sebernarnya memiliki tiga macam fungsi dan peran dalam kehidupa sosial, pertama kebudayaan sebagai ciri kelompok, komunitas atau masyarakat (a feature of entire groups and societies), dalam hal ini adat upacara baritan merupakan sebuah kebudayaan yang menjadi ciri dari kehidupan sosial masyarakat nelayan pesisir pantai pemalang dari masyarakat nelayan di daerah lainnya. Kedua kebudayaan sebagai ekspresi kehidupan sosial (a separate realm of human expression), upacara adat baritan merupakan kebudayaan yang di hasilkan dari daya kreativitas dan kecerdasan masyarakat nelayan pemalang terdahulu dalam proses beradaptasi terhadap lingkungannya. Ketiga kebudayaan berfungsi sebagai sarana pemaknaan (as meaning-making), kebudayaaan baritan yang tumbuh dan berkembang dalam kehidupan masyarakat memiliki makna yang beragam dan tidak tumbuh secara tiba-tiba akan tetapi merupakan hasil dari proses kreativitas manusia yang saling berkaitan.
Tradisi adat baritan ini terus berlangsung karena memiliki fungsi tersendiri di dalam masyarakat oleh karena itu masyarakat pemalang khususnya masyarakat nelayan pesisir pantai pemalang terus melakukan teradisi adat beritan tersebut, lain halnya jika adat baritan ini tidak memiliki fungsi tersendiri dalam masyarakat nelayan, tentunya adat baritan ini akan di tinggalakan lalu faktor fungsi apa yang terdapat dalam adat baritan ini. Dapat kita ketahui bahwa adat pesta baritan ini memiliki tujuan sebagai rasa syukur atas hasil laut yang melimpah ruah sekaligus sebagai doa agar nelayan di jauhkan dari malapetaka disaat sedang melaut, sehingga dapat di simpulkan fungsi dari pesta adat baritan ini adalah sebaga sebuah media atau tata cara ritual yang di lakukan sebagai media interaksi manusia dengan penciptanya. Masyarakat nelayan sendiri melakukan pelarungan kepala kerbau dan juga jajanan pasar sekaligus buah-buahan dengan maksud agar sang pencipta yakni tuhan yang maha esa ini memberikan keberkahan kepada nelayan dengan tujuan salah-satunya adalah di lancarkannya pekerjaan mereka menangkap ikan di lautan.
Sedangkan apabila di tinjau dari segi evolusionis, kehidupan masyarakat di pesisir pantai pemalang tidak sepenuhnya menerima pola perubahan zaman, dalam artian masyarakat nelayan sendiri masih memegang sistem keyakinan adat istiadat yang nenek moyang mereka lakukan. Hal ini biasa di buktikan dengan masih di lakukannya upacara adat baritan tersebut karena di anggap berfungsi sebagai media komunikasi mereka terhadap sang pencipta,
Dari segi perspektif stuktural dalam upacara adat baritan terdapat sebuah hirarki kedudukan dengan sebuah pembagian jenis pekerjaan, dimana terdapat beberapa kelompok yang mempunyai tugas masing-masing seperti halnya ada kelompok yang bertugas membuat jajanan pasar,ada kelompok yang bertugas menata buah-buahan dan yang paling terpenting dalam pelaksanaan upacara baritan adalah adanya pemimpin upacara adat yang menduduki posisi tertinggi dalam upacara adat tersebut, pemimpin upacara adat ini merupakan orang dari golongan nelayan setempat yang di anggap sesepuh atau orang yang memiliki pengetahuan lebih dari masyarakat lainnya.
Upacara baritan di tinjau secara sosiologis
Upacara adat baritan merupakan suatu kebudayaan yang berasal dari daerah di pesisir pantai pemalang, tradisi ini di laksanankan sebagai rasa perwujudan syukur para nelayan kepada tuhan yang maha esa atas rezeki yang melimpah dari hasil melaut mereka selama satu tahun. Upacara ini biasanya di laksanakan pada waktu bulan maulud hari selasa atau jumat kliwon, upacara adat baritan ini di lakukan dengan melarung johen atau sejumlah hasil bumi, jajanan pasar, dan buah-buahan ke tengah laut. Yang menarik dari upacara adat ini, selain hasil bumi, jajanan pasar dan buah-buahan juga ikut di larung seekor kepala kerbau, upacara baritan tersebut di lakukan selama tiga hari tiga malam.
Upacara baritan ini selain berfungsi sebagai perwujudan rasa syukur kepada tuhan yang maha esa, juga dimaksudkan sebagai doa para nelayan agar di beri keselamatan saat melaut dan di hindarkan dari malapetaka, tardisi ini merupakan satu-satunya kebudayaan nelayan yang ada di daerah pesisir pantai utara jawa. Upacara adat ini di kalangan masyarakat pesisir pantai pemalang sebenarnya sudah menjadi sebuah kebiasaan yang di lakukan sejak zaman dahulu dan menjadikannya sebagai sebuah kebutuhan yang wajib di laksanakan setiap tahunya.
Secara fungsional kebudayaaan menurut spillman sebernarnya memiliki tiga macam fungsi dan peran dalam kehidupa sosial, pertama kebudayaan sebagai ciri kelompok, komunitas atau masyarakat (a feature of entire groups and societies), dalam hal ini adat upacara baritan merupakan sebuah kebudayaan yang menjadi ciri dari kehidupan sosial masyarakat nelayan pesisir pantai pemalang dari masyarakat nelayan di daerah lainnya. Kedua kebudayaan sebagai ekspresi kehidupan sosial (a separate realm of human expression), upacara adat baritan merupakan kebudayaan yang di hasilkan dari daya kreativitas dan kecerdasan masyarakat nelayan pemalang terdahulu dalam proses beradaptasi terhadap lingkungannya. Ketiga kebudayaan berfungsi sebagai sarana pemaknaan (as meaning-making), kebudayaaan baritan yang tumbuh dan berkembang dalam kehidupan masyarakat memiliki makna yang beragam dan tidak tumbuh secara tiba-tiba akan tetapi merupakan hasil dari proses kreativitas manusia yang saling berkaitan.
Tradisi adat baritan ini terus berlangsung karena memiliki fungsi tersendiri di dalam masyarakat oleh karena itu masyarakat pemalang khususnya masyarakat nelayan pesisir pantai pemalang terus melakukan teradisi adat beritan tersebut, lain halnya jika adat baritan ini tidak memiliki fungsi tersendiri dalam masyarakat nelayan, tentunya adat baritan ini akan di tinggalakan lalu faktor fungsi apa yang terdapat dalam adat baritan ini. Dapat kita ketahui bahwa adat pesta baritan ini memiliki tujuan sebagai rasa syukur atas hasil laut yang melimpah ruah sekaligus sebagai doa agar nelayan di jauhkan dari malapetaka disaat sedang melaut, sehingga dapat di simpulkan fungsi dari pesta adat baritan ini adalah sebaga sebuah media atau tata cara ritual yang di lakukan sebagai media interaksi manusia dengan penciptanya. Masyarakat nelayan sendiri melakukan pelarungan kepala kerbau dan juga jajanan pasar sekaligus buah-buahan dengan maksud agar sang pencipta yakni tuhan yang maha esa ini memberikan keberkahan kepada nelayan dengan tujuan salah-satunya adalah di lancarkannya pekerjaan mereka menangkap ikan di lautan.
Sedangkan apabila di tinjau dari segi evolusionis, kehidupan masyarakat di pesisir pantai pemalang tidak sepenuhnya menerima pola perubahan zaman, dalam artian masyarakat nelayan sendiri masih memegang sistem keyakinan adat istiadat yang nenek moyang mereka lakukan. Hal ini biasa di buktikan dengan masih di lakukannya upacara adat baritan tersebut karena di anggap berfungsi sebagai media komunikasi mereka terhadap sang pencipta,
Dari segi perspektif stuktural dalam upacara adat baritan terdapat sebuah hirarki kedudukan dengan sebuah pembagian jenis pekerjaan, dimana terdapat beberapa kelompok yang mempunyai tugas masing-masing seperti halnya ada kelompok yang bertugas membuat jajanan pasar,ada kelompok yang bertugas menata buah-buahan dan yang paling terpenting dalam pelaksanaan upacara baritan adalah adanya pemimpin upacara adat yang menduduki posisi tertinggi dalam upacara adat tersebut, pemimpin upacara adat ini merupakan orang dari golongan nelayan setempat yang di anggap sesepuh atau orang yang memiliki pengetahuan lebih dari masyarakat lainnya.
Upacara baritan di tinjau secara sosiologis
Upacara adat baritan merupakan suatu kebudayaan yang berasal dari daerah di pesisir pantai pemalang, tradisi ini di laksanankan sebagai rasa perwujudan syukur para nelayan kepada tuhan yang maha esa atas rezeki yang melimpah dari hasil melaut mereka selama satu tahun. Upacara ini biasanya di laksanakan pada waktu bulan maulud hari selasa atau jumat kliwon, upacara adat baritan ini di lakukan dengan melarung johen atau sejumlah hasil bumi, jajanan pasar, dan buah-buahan ke tengah laut. Yang menarik dari upacara adat ini, selain hasil bumi, jajanan pasar dan buah-buahan juga ikut di larung seekor kepala kerbau, upacara baritan tersebut di lakukan selama tiga hari tiga malam.
Upacara baritan ini selain berfungsi sebagai perwujudan rasa syukur kepada tuhan yang maha esa, juga dimaksudkan sebagai doa para nelayan agar di beri keselamatan saat melaut dan di hindarkan dari malapetaka, tardisi ini merupakan satu-satunya kebudayaan nelayan yang ada di daerah pesisir pantai utara jawa. Upacara adat ini di kalangan masyarakat pesisir pantai pemalang sebenarnya sudah menjadi sebuah kebiasaan yang di lakukan sejak zaman dahulu dan menjadikannya sebagai sebuah kebutuhan yang wajib di laksanakan setiap tahunya.
Secara fungsional kebudayaaan menurut spillman sebernarnya memiliki tiga macam fungsi dan peran dalam kehidupa sosial, pertama kebudayaan sebagai ciri kelompok, komunitas atau masyarakat (a feature of entire groups and societies), dalam hal ini adat upacara baritan merupakan sebuah kebudayaan yang menjadi ciri dari kehidupan sosial masyarakat nelayan pesisir pantai pemalang dari masyarakat nelayan di daerah lainnya. Kedua kebudayaan sebagai ekspresi kehidupan sosial (a separate realm of human expression), upacara adat baritan merupakan kebudayaan yang di hasilkan dari daya kreativitas dan kecerdasan masyarakat nelayan pemalang terdahulu dalam proses beradaptasi terhadap lingkungannya. Ketiga kebudayaan berfungsi sebagai sarana pemaknaan (as meaning-making), kebudayaaan baritan yang tumbuh dan berkembang dalam kehidupan masyarakat memiliki makna yang beragam dan tidak tumbuh secara tiba-tiba akan tetapi merupakan hasil dari proses kreativitas manusia yang saling berkaitan.
Tradisi adat baritan ini terus berlangsung karena memiliki fungsi tersendiri di dalam masyarakat oleh karena itu masyarakat pemalang khususnya masyarakat nelayan pesisir pantai pemalang terus melakukan teradisi adat beritan tersebut, lain halnya jika adat baritan ini tidak memiliki fungsi tersendiri dalam masyarakat nelayan, tentunya adat baritan ini akan di tinggalakan lalu faktor fungsi apa yang terdapat dalam adat baritan ini. Dapat kita ketahui bahwa adat pesta baritan ini memiliki tujuan sebagai rasa syukur atas hasil laut yang melimpah ruah sekaligus sebagai doa agar nelayan di jauhkan dari malapetaka disaat sedang melaut, sehingga dapat di simpulkan fungsi dari pesta adat baritan ini adalah sebaga sebuah media atau tata cara ritual yang di lakukan sebagai media interaksi manusia dengan penciptanya. Masyarakat nelayan sendiri melakukan pelarungan kepala kerbau dan juga jajanan pasar sekaligus buah-buahan dengan maksud agar sang pencipta yakni tuhan yang maha esa ini memberikan keberkahan kepada nelayan dengan tujuan salah-satunya adalah di lancarkannya pekerjaan mereka menangkap ikan di lautan.
Sedangkan apabila di tinjau dari segi evolusionis, kehidupan masyarakat di pesisir pantai pemalang tidak sepenuhnya menerima pola perubahan zaman, dalam artian masyarakat nelayan sendiri masih memegang sistem keyakinan adat istiadat yang nenek moyang mereka lakukan. Hal ini biasa di buktikan dengan masih di lakukannya upacara adat baritan tersebut karena di anggap berfungsi sebagai media komunikasi mereka terhadap sang pencipta,
Dari segi perspektif stuktural dalam upacara adat baritan terdapat sebuah hirarki kedudukan dengan sebuah pembagian jenis pekerjaan, dimana terdapat beberapa kelompok yang mempunyai tugas masing-masing seperti halnya ada kelompok yang bertugas membuat jajanan pasar,ada kelompok yang bertugas menata buah-buahan dan yang paling terpenting dalam pelaksanaan upacara baritan adalah adanya pemimpin upacara adat yang menduduki posisi tertinggi dalam upacara adat tersebut, pemimpin upacara adat ini merupakan orang dari golongan nelayan setempat yang di anggap sesepuh atau orang yang memiliki pengetahuan lebih dari masyarakat lainnya.
Upacara baritan di tinjau secara sosiologis
Upacara adat baritan merupakan suatu kebudayaan yang berasal dari daerah di pesisir pantai pemalang, tradisi ini di laksanankan sebagai rasa perwujudan syukur para nelayan kepada tuhan yang maha esa atas rezeki yang melimpah dari hasil melaut mereka selama satu tahun. Upacara ini biasanya di laksanakan pada waktu bulan maulud hari selasa atau jumat kliwon, upacara adat baritan ini di lakukan dengan melarung johen atau sejumlah hasil bumi, jajanan pasar, dan buah-buahan ke tengah laut. Yang menarik dari upacara adat ini, selain hasil bumi, jajanan pasar dan buah-buahan juga ikut di larung seekor kepala kerbau, upacara baritan tersebut di lakukan selama tiga hari tiga malam.
Upacara baritan ini selain berfungsi sebagai perwujudan rasa syukur kepada tuhan yang maha esa, juga dimaksudkan sebagai doa para nelayan agar di beri keselamatan saat melaut dan di hindarkan dari malapetaka, tardisi ini merupakan satu-satunya kebudayaan nelayan yang ada di daerah pesisir pantai utara jawa. Upacara adat ini di kalangan masyarakat pesisir pantai pemalang sebenarnya sudah menjadi sebuah kebiasaan yang di lakukan sejak zaman dahulu dan menjadikannya sebagai sebuah kebutuhan yang wajib di laksanakan setiap tahunya.
Secara fungsional kebudayaaan menurut spillman sebernarnya memiliki tiga macam fungsi dan peran dalam kehidupa sosial, pertama kebudayaan sebagai ciri kelompok, komunitas atau masyarakat (a feature of entire groups and societies), dalam hal ini adat upacara baritan merupakan sebuah kebudayaan yang menjadi ciri dari kehidupan sosial masyarakat nelayan pesisir pantai pemalang dari masyarakat nelayan di daerah lainnya. Kedua kebudayaan sebagai ekspresi kehidupan sosial (a separate realm of human expression), upacara adat baritan merupakan kebudayaan yang di hasilkan dari daya kreativitas dan kecerdasan masyarakat nelayan pemalang terdahulu dalam proses beradaptasi terhadap lingkungannya. Ketiga kebudayaan berfungsi sebagai sarana pemaknaan (as meaning-making), kebudayaaan baritan yang tumbuh dan berkembang dalam kehidupan masyarakat memiliki makna yang beragam dan tidak tumbuh secara tiba-tiba akan tetapi merupakan hasil dari proses kreativitas manusia yang saling berkaitan.
Tradisi adat baritan ini terus berlangsung karena memiliki fungsi tersendiri di dalam masyarakat oleh karena itu masyarakat pemalang khususnya masyarakat nelayan pesisir pantai pemalang terus melakukan teradisi adat beritan tersebut, lain halnya jika adat baritan ini tidak memiliki fungsi tersendiri dalam masyarakat nelayan, tentunya adat baritan ini akan di tinggalakan lalu faktor fungsi apa yang terdapat dalam adat baritan ini. Dapat kita ketahui bahwa adat pesta baritan ini memiliki tujuan sebagai rasa syukur atas hasil laut yang melimpah ruah sekaligus sebagai doa agar nelayan di jauhkan dari malapetaka disaat sedang melaut, sehingga dapat di simpulkan fungsi dari pesta adat baritan ini adalah sebaga sebuah media atau tata cara ritual yang di lakukan sebagai media interaksi manusia dengan penciptanya. Masyarakat nelayan sendiri melakukan pelarungan kepala kerbau dan juga jajanan pasar sekaligus buah-buahan dengan maksud agar sang pencipta yakni tuhan yang maha esa ini memberikan keberkahan kepada nelayan dengan tujuan salah-satunya adalah di lancarkannya pekerjaan mereka menangkap ikan di lautan.
Sedangkan apabila di tinjau dari segi evolusionis, kehidupan masyarakat di pesisir pantai pemalang tidak sepenuhnya menerima pola perubahan zaman, dalam artian masyarakat nelayan sendiri masih memegang sistem keyakinan adat istiadat yang nenek moyang mereka lakukan. Hal ini biasa di buktikan dengan masih di lakukannya upacara adat baritan tersebut karena di anggap berfungsi sebagai media komunikasi mereka terhadap sang pencipta,
Dari segi perspektif stuktural dalam upacara adat baritan terdapat sebuah hirarki kedudukan dengan sebuah pembagian jenis pekerjaan, dimana terdapat beberapa kelompok yang mempunyai tugas masing-masing seperti halnya ada kelompok yang bertugas membuat jajanan pasar,ada kelompok yang bertugas menata buah-buahan dan yang paling terpenting dalam pelaksanaan upacara baritan adalah adanya pemimpin upacara adat yang menduduki posisi tertinggi dalam upacara adat tersebut, pemimpin upacara adat ini merupakan orang dari golongan nelayan setempat yang di anggap sesepuh atau orang yang memiliki pengetahuan lebih dari masyarakat lainnya.
Upacara baritan di tinjau secara sosiologis
Upacara adat baritan merupakan suatu kebudayaan yang berasal dari daerah di pesisir pantai pemalang, tradisi ini di laksanankan sebagai rasa perwujudan syukur para nelayan kepada tuhan yang maha esa atas rezeki yang melimpah dari hasil melaut mereka selama satu tahun. Upacara ini biasanya di laksanakan pada waktu bulan maulud hari selasa atau jumat kliwon, upacara adat baritan ini di lakukan dengan melarung johen atau sejumlah hasil bumi, jajanan pasar, dan buah-buahan ke tengah laut. Yang menarik dari upacara adat ini, selain hasil bumi, jajanan pasar dan buah-buahan juga ikut di larung seekor kepala kerbau, upacara baritan tersebut di lakukan selama tiga hari tiga malam.
Upacara baritan ini selain berfungsi sebagai perwujudan rasa syukur kepada tuhan yang maha esa, juga dimaksudkan sebagai doa para nelayan agar di beri keselamatan saat melaut dan di hindarkan dari malapetaka, tardisi ini merupakan satu-satunya kebudayaan nelayan yang ada di daerah pesisir pantai utara jawa. Upacara adat ini di kalangan masyarakat pesisir pantai pemalang sebenarnya sudah menjadi sebuah kebiasaan yang di lakukan sejak zaman dahulu dan menjadikannya sebagai sebuah kebutuhan yang wajib di laksanakan setiap tahunya.
Secara fungsional kebudayaaan menurut spillman sebernarnya memiliki tiga macam fungsi dan peran dalam kehidupa sosial, pertama kebudayaan sebagai ciri kelompok, komunitas atau masyarakat (a feature of entire groups and societies), dalam hal ini adat upacara baritan merupakan sebuah kebudayaan yang menjadi ciri dari kehidupan sosial masyarakat nelayan pesisir pantai pemalang dari masyarakat nelayan di daerah lainnya. Kedua kebudayaan sebagai ekspresi kehidupan sosial (a separate realm of human expression), upacara adat baritan merupakan kebudayaan yang di hasilkan dari daya kreativitas dan kecerdasan masyarakat nelayan pemalang terdahulu dalam proses beradaptasi terhadap lingkungannya. Ketiga kebudayaan berfungsi sebagai sarana pemaknaan (as meaning-making), kebudayaaan baritan yang tumbuh dan berkembang dalam kehidupan masyarakat memiliki makna yang beragam dan tidak tumbuh secara tiba-tiba akan tetapi merupakan hasil dari proses kreativitas manusia yang saling berkaitan.
Tradisi adat baritan ini terus berlangsung karena memiliki fungsi tersendiri di dalam masyarakat oleh karena itu masyarakat pemalang khususnya masyarakat nelayan pesisir pantai pemalang terus melakukan teradisi adat beritan tersebut, lain halnya jika adat baritan ini tidak memiliki fungsi tersendiri dalam masyarakat nelayan, tentunya adat baritan ini akan di tinggalakan lalu faktor fungsi apa yang terdapat dalam adat baritan ini. Dapat kita ketahui bahwa adat pesta baritan ini memiliki tujuan sebagai rasa syukur atas hasil laut yang melimpah ruah sekaligus sebagai doa agar nelayan di jauhkan dari malapetaka disaat sedang melaut, sehingga dapat di simpulkan fungsi dari pesta adat baritan ini adalah sebaga sebuah media atau tata cara ritual yang di lakukan sebagai media interaksi manusia dengan penciptanya. Masyarakat nelayan sendiri melakukan pelarungan kepala kerbau dan juga jajanan pasar sekaligus buah-buahan dengan maksud agar sang pencipta yakni tuhan yang maha esa ini memberikan keberkahan kepada nelayan dengan tujuan salah-satunya adalah di lancarkannya pekerjaan mereka menangkap ikan di lautan.
Sedangkan apabila di tinjau dari segi evolusionis, kehidupan masyarakat di pesisir pantai pemalang tidak sepenuhnya menerima pola perubahan zaman, dalam artian masyarakat nelayan sendiri masih memegang sistem keyakinan adat istiadat yang nenek moyang mereka lakukan. Hal ini biasa di buktikan dengan masih di lakukannya upacara adat baritan tersebut karena di anggap berfungsi sebagai media komunikasi mereka terhadap sang pencipta,
Dari segi perspektif stuktural dalam upacara adat baritan terdapat sebuah hirarki kedudukan dengan sebuah pembagian jenis pekerjaan, dimana terdapat beberapa kelompok yang mempunyai tugas masing-masing seperti halnya ada kelompok yang bertugas membuat jajanan pasar,ada kelompok yang bertugas menata buah-buahan dan yang paling terpenting dalam pelaksanaan upacara baritan adalah adanya pemimpin upacara adat yang menduduki posisi tertinggi dalam upacara adat tersebut, pemimpin upacara adat ini merupakan orang dari golongan nelayan setempat yang di anggap sesepuh atau orang yang memiliki pengetahuan lebih dari masyarakat lainnya.
Upacara baritan di tinjau secara sosiologis
Upacara adat baritan merupakan suatu kebudayaan yang berasal dari daerah di pesisir pantai pemalang, tradisi ini di laksanankan sebagai rasa perwujudan syukur para nelayan kepada tuhan yang maha esa atas rezeki yang melimpah dari hasil melaut mereka selama satu tahun. Upacara ini biasanya di laksanakan pada waktu bulan maulud hari selasa atau jumat kliwon, upacara adat baritan ini di lakukan dengan melarung johen atau sejumlah hasil bumi, jajanan pasar, dan buah-buahan ke tengah laut. Yang menarik dari upacara adat ini, selain hasil bumi, jajanan pasar dan buah-buahan juga ikut di larung seekor kepala kerbau, upacara baritan tersebut di lakukan selama tiga hari tiga malam.
Upacara baritan ini selain berfungsi sebagai perwujudan rasa syukur kepada tuhan yang maha esa, juga dimaksudkan sebagai doa para nelayan agar di beri keselamatan saat melaut dan di hindarkan dari malapetaka, tardisi ini merupakan satu-satunya kebudayaan nelayan yang ada di daerah pesisir pantai utara jawa. Upacara adat ini di kalangan masyarakat pesisir pantai pemalang sebenarnya sudah menjadi sebuah kebiasaan yang di lakukan sejak zaman dahulu dan menjadikannya sebagai sebuah kebutuhan yang wajib di laksanakan setiap tahunya.
Secara fungsional kebudayaaan menurut spillman sebernarnya memiliki tiga macam fungsi dan peran dalam kehidupa sosial, pertama kebudayaan sebagai ciri kelompok, komunitas atau masyarakat (a feature of entire groups and societies), dalam hal ini adat upacara baritan merupakan sebuah kebudayaan yang menjadi ciri dari kehidupan sosial masyarakat nelayan pesisir pantai pemalang dari masyarakat nelayan di daerah lainnya. Kedua kebudayaan sebagai ekspresi kehidupan sosial (a separate realm of human expression), upacara adat baritan merupakan kebudayaan yang di hasilkan dari daya kreativitas dan kecerdasan masyarakat nelayan pemalang terdahulu dalam proses beradaptasi terhadap lingkungannya. Ketiga kebudayaan berfungsi sebagai sarana pemaknaan (as meaning-making), kebudayaaan baritan yang tumbuh dan berkembang dalam kehidupan masyarakat memiliki makna yang beragam dan tidak tumbuh secara tiba-tiba akan tetapi merupakan hasil dari proses kreativitas manusia yang saling berkaitan.
Tradisi adat baritan ini terus berlangsung karena memiliki fungsi tersendiri di dalam masyarakat oleh karena itu masyarakat pemalang khususnya masyarakat nelayan pesisir pantai pemalang terus melakukan teradisi adat beritan tersebut, lain halnya jika adat baritan ini tidak memiliki fungsi tersendiri dalam masyarakat nelayan, tentunya adat baritan ini akan di tinggalakan lalu faktor fungsi apa yang terdapat dalam adat baritan ini. Dapat kita ketahui bahwa adat pesta baritan ini memiliki tujuan sebagai rasa syukur atas hasil laut yang melimpah ruah sekaligus sebagai doa agar nelayan di jauhkan dari malapetaka disaat sedang melaut, sehingga dapat di simpulkan fungsi dari pesta adat baritan ini adalah sebaga sebuah media atau tata cara ritual yang di lakukan sebagai media interaksi manusia dengan penciptanya. Masyarakat nelayan sendiri melakukan pelarungan kepala kerbau dan juga jajanan pasar sekaligus buah-buahan dengan maksud agar sang pencipta yakni tuhan yang maha esa ini memberikan keberkahan kepada nelayan dengan tujuan salah-satunya adalah di lancarkannya pekerjaan mereka menangkap ikan di lautan.
Sedangkan apabila di tinjau dari segi evolusionis, kehidupan masyarakat di pesisir pantai pemalang tidak sepenuhnya menerima pola perubahan zaman, dalam artian masyarakat nelayan sendiri masih memegang sistem keyakinan adat istiadat yang nenek moyang mereka lakukan. Hal ini biasa di buktikan dengan masih di lakukannya upacara adat baritan tersebut karena di anggap berfungsi sebagai media komunikasi mereka terhadap sang pencipta,
Dari segi perspektif stuktural dalam upacara adat baritan terdapat sebuah hirarki kedudukan dengan sebuah pembagian jenis pekerjaan, dimana terdapat beberapa kelompok yang mempunyai tugas masing-masing seperti halnya ada kelompok yang bertugas membuat jajanan pasar,ada kelompok yang bertugas menata buah-buahan dan yang paling terpenting dalam pelaksanaan upacara baritan adalah adanya pemimpin upacara adat yang menduduki posisi tertinggi dalam upacara adat tersebut, pemimpin upacara adat ini merupakan orang dari golongan nelayan setempat yang di anggap sesepuh atau orang yang memiliki pengetahuan lebih dari masyarakat lainnya.
Upacara baritan di tinjau secara sosiologis
Upacara adat baritan merupakan suatu kebudayaan yang berasal dari daerah di pesisir pantai pemalang, tradisi ini di laksanankan sebagai rasa perwujudan syukur para nelayan kepada tuhan yang maha esa atas rezeki yang melimpah dari hasil melaut mereka selama satu tahun. Upacara ini biasanya di laksanakan pada waktu bulan maulud hari selasa atau jumat kliwon, upacara adat baritan ini di lakukan dengan melarung johen atau sejumlah hasil bumi, jajanan pasar, dan buah-buahan ke tengah laut. Yang menarik dari upacara adat ini, selain hasil bumi, jajanan pasar dan buah-buahan juga ikut di larung seekor kepala kerbau, upacara baritan tersebut di lakukan selama tiga hari tiga malam.
Upacara baritan ini selain berfungsi sebagai perwujudan rasa syukur kepada tuhan yang maha esa, juga dimaksudkan sebagai doa para nelayan agar di beri keselamatan saat melaut dan di hindarkan dari malapetaka, tardisi ini merupakan satu-satunya kebudayaan nelayan yang ada di daerah pesisir pantai utara jawa. Upacara adat ini di kalangan masyarakat pesisir pantai pemalang sebenarnya sudah menjadi sebuah kebiasaan yang di lakukan sejak zaman dahulu dan menjadikannya sebagai sebuah kebutuhan yang wajib di laksanakan setiap tahunya.
Secara fungsional kebudayaaan menurut spillman sebernarnya memiliki tiga macam fungsi dan peran dalam kehidupa sosial, pertama kebudayaan sebagai ciri kelompok, komunitas atau masyarakat (a feature of entire groups and societies), dalam hal ini adat upacara baritan merupakan sebuah kebudayaan yang menjadi ciri dari kehidupan sosial masyarakat nelayan pesisir pantai pemalang dari masyarakat nelayan di daerah lainnya. Kedua kebudayaan sebagai ekspresi kehidupan sosial (a separate realm of human expression), upacara adat baritan merupakan kebudayaan yang di hasilkan dari daya kreativitas dan kecerdasan masyarakat nelayan pemalang terdahulu dalam proses beradaptasi terhadap lingkungannya. Ketiga kebudayaan berfungsi sebagai sarana pemaknaan (as meaning-making), kebudayaaan baritan yang tumbuh dan berkembang dalam kehidupan masyarakat memiliki makna yang beragam dan tidak tumbuh secara tiba-tiba akan tetapi merupakan hasil dari proses kreativitas manusia yang saling berkaitan.
Tradisi adat baritan ini terus berlangsung karena memiliki fungsi tersendiri di dalam masyarakat oleh karena itu masyarakat pemalang khususnya masyarakat nelayan pesisir pantai pemalang terus melakukan teradisi adat beritan tersebut, lain halnya jika adat baritan ini tidak memiliki fungsi tersendiri dalam masyarakat nelayan, tentunya adat baritan ini akan di tinggalakan lalu faktor fungsi apa yang terdapat dalam adat baritan ini. Dapat kita ketahui bahwa adat pesta baritan ini memiliki tujuan sebagai rasa syukur atas hasil laut yang melimpah ruah sekaligus sebagai doa agar nelayan di jauhkan dari malapetaka disaat sedang melaut, sehingga dapat di simpulkan fungsi dari pesta adat baritan ini adalah sebaga sebuah media atau tata cara ritual yang di lakukan sebagai media interaksi manusia dengan penciptanya. Masyarakat nelayan sendiri melakukan pelarungan kepala kerbau dan juga jajanan pasar sekaligus buah-buahan dengan maksud agar sang pencipta yakni tuhan yang maha esa ini memberikan keberkahan kepada nelayan dengan tujuan salah-satunya adalah di lancarkannya pekerjaan mereka menangkap ikan di lautan.
Sedangkan apabila di tinjau dari segi evolusionis, kehidupan masyarakat di pesisir pantai pemalang tidak sepenuhnya menerima pola perubahan zaman, dalam artian masyarakat nelayan sendiri masih memegang sistem keyakinan adat istiadat yang nenek moyang mereka lakukan. Hal ini biasa di buktikan dengan masih di lakukannya upacara adat baritan tersebut karena di anggap berfungsi sebagai media komunikasi mereka terhadap sang pencipta,
Dari segi perspektif stuktural dalam upacara adat baritan terdapat sebuah hirarki kedudukan dengan sebuah pembagian jenis pekerjaan, dimana terdapat beberapa kelompok yang mempunyai tugas masing-masing seperti halnya ada kelompok yang bertugas membuat jajanan pasar,ada kelompok yang bertugas menata buah-buahan dan yang paling terpenting dalam pelaksanaan upacara baritan adalah adanya pemimpin upacara adat yang menduduki posisi tertinggi dalam upacara adat tersebut, pemimpin upacara adat ini merupakan orang dari golongan nelayan setempat yang di anggap sesepuh atau orang yang memiliki pengetahuan lebih dari masyarakat lainnya.
Upacara baritan di tinjau secara sosiologis
Upacara adat baritan merupakan suatu kebudayaan yang berasal dari daerah di pesisir pantai pemalang, tradisi ini di laksanankan sebagai rasa perwujudan syukur para nelayan kepada tuhan yang maha esa atas rezeki yang melimpah dari hasil melaut mereka selama satu tahun. Upacara ini biasanya di laksanakan pada waktu bulan maulud hari selasa atau jumat kliwon, upacara adat baritan ini di lakukan dengan melarung johen atau sejumlah hasil bumi, jajanan pasar, dan buah-buahan ke tengah laut. Yang menarik dari upacara adat ini, selain hasil bumi, jajanan pasar dan buah-buahan juga ikut di larung seekor kepala kerbau, upacara baritan tersebut di lakukan selama tiga hari tiga malam.
Upacara baritan ini selain berfungsi sebagai perwujudan rasa syukur kepada tuhan yang maha esa, juga dimaksudkan sebagai doa para nelayan agar di beri keselamatan saat melaut dan di hindarkan dari malapetaka, tardisi ini merupakan satu-satunya kebudayaan nelayan yang ada di daerah pesisir pantai utara jawa. Upacara adat ini di kalangan masyarakat pesisir pantai pemalang sebenarnya sudah menjadi sebuah kebiasaan yang di lakukan sejak zaman dahulu dan menjadikannya sebagai sebuah kebutuhan yang wajib di laksanakan setiap tahunya.
Secara fungsional kebudayaaan menurut spillman sebernarnya memiliki tiga macam fungsi dan peran dalam kehidupa sosial, pertama kebudayaan sebagai ciri kelompok, komunitas atau masyarakat (a feature of entire groups and societies), dalam hal ini adat upacara baritan merupakan sebuah kebudayaan yang menjadi ciri dari kehidupan sosial masyarakat nelayan pesisir pantai pemalang dari masyarakat nelayan di daerah lainnya. Kedua kebudayaan sebagai ekspresi kehidupan sosial (a separate realm of human expression), upacara adat baritan merupakan kebudayaan yang di hasilkan dari daya kreativitas dan kecerdasan masyarakat nelayan pemalang terdahulu dalam proses beradaptasi terhadap lingkungannya. Ketiga kebudayaan berfungsi sebagai sarana pemaknaan (as meaning-making), kebudayaaan baritan yang tumbuh dan berkembang dalam kehidupan masyarakat memiliki makna yang beragam dan tidak tumbuh secara tiba-tiba akan tetapi merupakan hasil dari proses kreativitas manusia yang saling berkaitan.
Tradisi adat baritan ini terus berlangsung karena memiliki fungsi tersendiri di dalam masyarakat oleh karena itu masyarakat pemalang khususnya masyarakat nelayan pesisir pantai pemalang terus melakukan teradisi adat beritan tersebut, lain halnya jika adat baritan ini tidak memiliki fungsi tersendiri dalam masyarakat nelayan, tentunya adat baritan ini akan di tinggalakan lalu faktor fungsi apa yang terdapat dalam adat baritan ini. Dapat kita ketahui bahwa adat pesta baritan ini memiliki tujuan sebagai rasa syukur atas hasil laut yang melimpah ruah sekaligus sebagai doa agar nelayan di jauhkan dari malapetaka disaat sedang melaut, sehingga dapat di simpulkan fungsi dari pesta adat baritan ini adalah sebaga sebuah media atau tata cara ritual yang di lakukan sebagai media interaksi manusia dengan penciptanya. Masyarakat nelayan sendiri melakukan pelarungan kepala kerbau dan juga jajanan pasar sekaligus buah-buahan dengan maksud agar sang pencipta yakni tuhan yang maha esa ini memberikan keberkahan kepada nelayan dengan tujuan salah-satunya adalah di lancarkannya pekerjaan mereka menangkap ikan di lautan.
Sedangkan apabila di tinjau dari segi evolusionis, kehidupan masyarakat di pesisir pantai pemalang tidak sepenuhnya menerima pola perubahan zaman, dalam artian masyarakat nelayan sendiri masih memegang sistem keyakinan adat istiadat yang nenek moyang mereka lakukan. Hal ini biasa di buktikan dengan masih di lakukannya upacara adat baritan tersebut karena di anggap berfungsi sebagai media komunikasi mereka terhadap sang pencipta,
Dari segi perspektif stuktural dalam upacara adat baritan terdapat sebuah hirarki kedudukan dengan sebuah pembagian jenis pekerjaan, dimana terdapat beberapa kelompok yang mempunyai tugas masing-masing seperti halnya ada kelompok yang bertugas membuat jajanan pasar,ada kelompok yang bertugas menata buah-buahan dan yang paling terpenting dalam pelaksanaan upacara baritan adalah adanya pemimpin upacara adat yang menduduki posisi tertinggi dalam upacara adat tersebut, pemimpin upacara adat ini merupakan orang dari golongan nelayan setempat yang di anggap sesepuh atau orang yang memiliki pengetahuan lebih dari masyarakat lainnya.
Upacara baritan di tinjau secara sosiologis
Upacara adat baritan merupakan suatu kebudayaan yang berasal dari daerah di pesisir pantai pemalang, tradisi ini di laksanankan sebagai rasa perwujudan syukur para nelayan kepada tuhan yang maha esa atas rezeki yang melimpah dari hasil melaut mereka selama satu tahun. Upacara ini biasanya di laksanakan pada waktu bulan maulud hari selasa atau jumat kliwon, upacara adat baritan ini di lakukan dengan melarung johen atau sejumlah hasil bumi, jajanan pasar, dan buah-buahan ke tengah laut. Yang menarik dari upacara adat ini, selain hasil bumi, jajanan pasar dan buah-buahan juga ikut di larung seekor kepala kerbau, upacara baritan tersebut di lakukan selama tiga hari tiga malam.
Upacara baritan ini selain berfungsi sebagai perwujudan rasa syukur kepada tuhan yang maha esa, juga dimaksudkan sebagai doa para nelayan agar di beri keselamatan saat melaut dan di hindarkan dari malapetaka, tardisi ini merupakan satu-satunya kebudayaan nelayan yang ada di daerah pesisir pantai utara jawa. Upacara adat ini di kalangan masyarakat pesisir pantai pemalang sebenarnya sudah menjadi sebuah kebiasaan yang di lakukan sejak zaman dahulu dan menjadikannya sebagai sebuah kebutuhan yang wajib di laksanakan setiap tahunya.
Secara fungsional kebudayaaan menurut spillman sebernarnya memiliki tiga macam fungsi dan peran dalam kehidupa sosial, pertama kebudayaan sebagai ciri kelompok, komunitas atau masyarakat (a feature of entire groups and societies), dalam hal ini adat upacara baritan merupakan sebuah kebudayaan yang menjadi ciri dari kehidupan sosial masyarakat nelayan pesisir pantai pemalang dari masyarakat nelayan di daerah lainnya. Kedua kebudayaan sebagai ekspresi kehidupan sosial (a separate realm of human expression), upacara adat baritan merupakan kebudayaan yang di hasilkan dari daya kreativitas dan kecerdasan masyarakat nelayan pemalang terdahulu dalam proses beradaptasi terhadap lingkungannya. Ketiga kebudayaan berfungsi sebagai sarana pemaknaan (as meaning-making), kebudayaaan baritan yang tumbuh dan berkembang dalam kehidupan masyarakat memiliki makna yang beragam dan tidak tumbuh secara tiba-tiba akan tetapi merupakan hasil dari proses kreativitas manusia yang saling berkaitan.
Tradisi adat baritan ini terus berlangsung karena memiliki fungsi tersendiri di dalam masyarakat oleh karena itu masyarakat pemalang khususnya masyarakat nelayan pesisir pantai pemalang terus melakukan teradisi adat beritan tersebut, lain halnya jika adat baritan ini tidak memiliki fungsi tersendiri dalam masyarakat nelayan, tentunya adat baritan ini akan di tinggalakan lalu faktor fungsi apa yang terdapat dalam adat baritan ini. Dapat kita ketahui bahwa adat pesta baritan ini memiliki tujuan sebagai rasa syukur atas hasil laut yang melimpah ruah sekaligus sebagai doa agar nelayan di jauhkan dari malapetaka disaat sedang melaut, sehingga dapat di simpulkan fungsi dari pesta adat baritan ini adalah sebaga sebuah media atau tata cara ritual yang di lakukan sebagai media interaksi manusia dengan penciptanya. Masyarakat nelayan sendiri melakukan pelarungan kepala kerbau dan juga jajanan pasar sekaligus buah-buahan dengan maksud agar sang pencipta yakni tuhan yang maha esa ini memberikan keberkahan kepada nelayan dengan tujuan salah-satunya adalah di lancarkannya pekerjaan mereka menangkap ikan di lautan.
Sedangkan apabila di tinjau dari segi evolusionis, kehidupan masyarakat di pesisir pantai pemalang tidak sepenuhnya menerima pola perubahan zaman, dalam artian masyarakat nelayan sendiri masih memegang sistem keyakinan adat istiadat yang nenek moyang mereka lakukan. Hal ini biasa di buktikan dengan masih di lakukannya upacara adat baritan tersebut karena di anggap berfungsi sebagai media komunikasi mereka terhadap sang pencipta,
Dari segi perspektif stuktural dalam upacara adat baritan terdapat sebuah hirarki kedudukan dengan sebuah pembagian jenis pekerjaan, dimana terdapat beberapa kelompok yang mempunyai tugas masing-masing seperti halnya ada kelompok yang bertugas membuat jajanan pasar,ada kelompok yang bertugas menata buah-buahan dan yang paling terpenting dalam pelaksanaan upacara baritan adalah adanya pemimpin upacara adat yang menduduki posisi tertinggi dalam upacara adat tersebut, pemimpin upacara adat ini merupakan orang dari golongan nelayan setempat yang di anggap sesepuh atau orang yang memiliki pengetahuan lebih dari masyarakat lainnya.
Upacara baritan di tinjau secara sosiologis
Upacara adat baritan merupakan suatu kebudayaan yang berasal dari daerah di pesisir pantai pemalang, tradisi ini di laksanankan sebagai rasa perwujudan syukur para nelayan kepada tuhan yang maha esa atas rezeki yang melimpah dari hasil melaut mereka selama satu tahun. Upacara ini biasanya di laksanakan pada waktu bulan maulud hari selasa atau jumat kliwon, upacara adat baritan ini di lakukan dengan melarung johen atau sejumlah hasil bumi, jajanan pasar, dan buah-buahan ke tengah laut. Yang menarik dari upacara adat ini, selain hasil bumi, jajanan pasar dan buah-buahan juga ikut di larung seekor kepala kerbau, upacara baritan tersebut di lakukan selama tiga hari tiga malam.
Upacara baritan ini selain berfungsi sebagai perwujudan rasa syukur kepada tuhan yang maha esa, juga dimaksudkan sebagai doa para nelayan agar di beri keselamatan saat melaut dan di hindarkan dari malapetaka, tardisi ini merupakan satu-satunya kebudayaan nelayan yang ada di daerah pesisir pantai utara jawa. Upacara adat ini di kalangan masyarakat pesisir pantai pemalang sebenarnya sudah menjadi sebuah kebiasaan yang di lakukan sejak zaman dahulu dan menjadikannya sebagai sebuah kebutuhan yang wajib di laksanakan setiap tahunya.
Secara fungsional kebudayaaan menurut spillman sebernarnya memiliki tiga macam fungsi dan peran dalam kehidupa sosial, pertama kebudayaan sebagai ciri kelompok, komunitas atau masyarakat (a feature of entire groups and societies), dalam hal ini adat upacara baritan merupakan sebuah kebudayaan yang menjadi ciri dari kehidupan sosial masyarakat nelayan pesisir pantai pemalang dari masyarakat nelayan di daerah lainnya. Kedua kebudayaan sebagai ekspresi kehidupan sosial (a separate realm of human expression), upacara adat baritan merupakan kebudayaan yang di hasilkan dari daya kreativitas dan kecerdasan masyarakat nelayan pemalang terdahulu dalam proses beradaptasi terhadap lingkungannya. Ketiga kebudayaan berfungsi sebagai sarana pemaknaan (as meaning-making), kebudayaaan baritan yang tumbuh dan berkembang dalam kehidupan masyarakat memiliki makna yang beragam dan tidak tumbuh secara tiba-tiba akan tetapi merupakan hasil dari proses kreativitas manusia yang saling berkaitan.
Tradisi adat baritan ini terus berlangsung karena memiliki fungsi tersendiri di dalam masyarakat oleh karena itu masyarakat pemalang khususnya masyarakat nelayan pesisir pantai pemalang terus melakukan teradisi adat beritan tersebut, lain halnya jika adat baritan ini tidak memiliki fungsi tersendiri dalam masyarakat nelayan, tentunya adat baritan ini akan di tinggalakan lalu faktor fungsi apa yang terdapat dalam adat baritan ini. Dapat kita ketahui bahwa adat pesta baritan ini memiliki tujuan sebagai rasa syukur atas hasil laut yang melimpah ruah sekaligus sebagai doa agar nelayan di jauhkan dari malapetaka disaat sedang melaut, sehingga dapat di simpulkan fungsi dari pesta adat baritan ini adalah sebaga sebuah media atau tata cara ritual yang di lakukan sebagai media interaksi manusia dengan penciptanya. Masyarakat nelayan sendiri melakukan pelarungan kepala kerbau dan juga jajanan pasar sekaligus buah-buahan dengan maksud agar sang pencipta yakni tuhan yang maha esa ini memberikan keberkahan kepada nelayan dengan tujuan salah-satunya adalah di lancarkannya pekerjaan mereka menangkap ikan di lautan.
Sedangkan apabila di tinjau dari segi evolusionis, kehidupan masyarakat di pesisir pantai pemalang tidak sepenuhnya menerima pola perubahan zaman, dalam artian masyarakat nelayan sendiri masih memegang sistem keyakinan adat istiadat yang nenek moyang mereka lakukan. Hal ini biasa di buktikan dengan masih di lakukannya upacara adat baritan tersebut karena di anggap berfungsi sebagai media komunikasi mereka terhadap sang pencipta,
Dari segi perspektif stuktural dalam upacara adat baritan terdapat sebuah hirarki kedudukan dengan sebuah pembagian jenis pekerjaan, dimana terdapat beberapa kelompok yang mempunyai tugas masing-masing seperti halnya ada kelompok yang bertugas membuat jajanan pasar,ada kelompok yang bertugas menata buah-buahan dan yang paling terpenting dalam pelaksanaan upacara baritan adalah adanya pemimpin upacara adat yang menduduki posisi tertinggi dalam upacara adat tersebut, pemimpin upacara adat ini merupakan orang dari golongan nelayan setempat yang di anggap sesepuh atau orang yang memiliki pengetahuan lebih dari masyarakat lainnya.
Upacara baritan di tinjau secara sosiologis
Upacara adat baritan merupakan suatu kebudayaan yang berasal dari daerah di pesisir pantai pemalang, tradisi ini di laksanankan sebagai rasa perwujudan syukur para nelayan kepada tuhan yang maha esa atas rezeki yang melimpah dari hasil melaut mereka selama satu tahun. Upacara ini biasanya di laksanakan pada waktu bulan maulud hari selasa atau jumat kliwon, upacara adat baritan ini di lakukan dengan melarung johen atau sejumlah hasil bumi, jajanan pasar, dan buah-buahan ke tengah laut. Yang menarik dari upacara adat ini, selain hasil bumi, jajanan pasar dan buah-buahan juga ikut di larung seekor kepala kerbau, upacara baritan tersebut di lakukan selama tiga hari tiga malam.
Upacara baritan ini selain berfungsi sebagai perwujudan rasa syukur kepada tuhan yang maha esa, juga dimaksudkan sebagai doa para nelayan agar di beri keselamatan saat melaut dan di hindarkan dari malapetaka, tardisi ini merupakan satu-satunya kebudayaan nelayan yang ada di daerah pesisir pantai utara jawa. Upacara adat ini di kalangan masyarakat pesisir pantai pemalang sebenarnya sudah menjadi sebuah kebiasaan yang di lakukan sejak zaman dahulu dan menjadikannya sebagai sebuah kebutuhan yang wajib di laksanakan setiap tahunya.
Secara fungsional kebudayaaan menurut spillman sebernarnya memiliki tiga macam fungsi dan peran dalam kehidupa sosial, pertama kebudayaan sebagai ciri kelompok, komunitas atau masyarakat (a feature of entire groups and societies), dalam hal ini adat upacara baritan merupakan sebuah kebudayaan yang menjadi ciri dari kehidupan sosial masyarakat nelayan pesisir pantai pemalang dari masyarakat nelayan di daerah lainnya. Kedua kebudayaan sebagai ekspresi kehidupan sosial (a separate realm of human expression), upacara adat baritan merupakan kebudayaan yang di hasilkan dari daya kreativitas dan kecerdasan masyarakat nelayan pemalang terdahulu dalam proses beradaptasi terhadap lingkungannya. Ketiga kebudayaan berfungsi sebagai sarana pemaknaan (as meaning-making), kebudayaaan baritan yang tumbuh dan berkembang dalam kehidupan masyarakat memiliki makna yang beragam dan tidak tumbuh secara tiba-tiba akan tetapi merupakan hasil dari proses kreativitas manusia yang saling berkaitan.
Tradisi adat baritan ini terus berlangsung karena memiliki fungsi tersendiri di dalam masyarakat oleh karena itu masyarakat pemalang khususnya masyarakat nelayan pesisir pantai pemalang terus melakukan teradisi adat beritan tersebut, lain halnya jika adat baritan ini tidak memiliki fungsi tersendiri dalam masyarakat nelayan, tentunya adat baritan ini akan di tinggalakan lalu faktor fungsi apa yang terdapat dalam adat baritan ini. Dapat kita ketahui bahwa adat pesta baritan ini memiliki tujuan sebagai rasa syukur atas hasil laut yang melimpah ruah sekaligus sebagai doa agar nelayan di jauhkan dari malapetaka disaat sedang melaut, sehingga dapat di simpulkan fungsi dari pesta adat baritan ini adalah sebaga sebuah media atau tata cara ritual yang di lakukan sebagai media interaksi manusia dengan penciptanya. Masyarakat nelayan sendiri melakukan pelarungan kepala kerbau dan juga jajanan pasar sekaligus buah-buahan dengan maksud agar sang pencipta yakni tuhan yang maha esa ini memberikan keberkahan kepada nelayan dengan tujuan salah-satunya adalah di lancarkannya pekerjaan mereka menangkap ikan di lautan.
Sedangkan apabila di tinjau dari segi evolusionis, kehidupan masyarakat di pesisir pantai pemalang tidak sepenuhnya menerima pola perubahan zaman, dalam artian masyarakat nelayan sendiri masih memegang sistem keyakinan adat istiadat yang nenek moyang mereka lakukan. Hal ini biasa di buktikan dengan masih di lakukannya upacara adat baritan tersebut karena di anggap berfungsi sebagai media komunikasi mereka terhadap sang pencipta,
Dari segi perspektif stuktural dalam upacara adat baritan terdapat sebuah hirarki kedudukan dengan sebuah pembagian jenis pekerjaan, dimana terdapat beberapa kelompok yang mempunyai tugas masing-masing seperti halnya ada kelompok yang bertugas membuat jajanan pasar,ada kelompok yang bertugas menata buah-buahan dan yang paling terpenting dalam pelaksanaan upacara baritan adalah adanya pemimpin upacara adat yang menduduki posisi tertinggi dalam upacara adat tersebut, pemimpin upacara adat ini merupakan orang dari golongan nelayan setempat yang di anggap sesepuh atau orang yang memiliki pengetahuan lebih dari masyarakat lainnya.
Upacara baritan di tinjau secara sosiologis
Upacara adat baritan merupakan suatu kebudayaan yang berasal dari daerah di pesisir pantai pemalang, tradisi ini di laksanankan sebagai rasa perwujudan syukur para nelayan kepada tuhan yang maha esa atas rezeki yang melimpah dari hasil melaut mereka selama satu tahun. Upacara ini biasanya di laksanakan pada waktu bulan maulud hari selasa atau jumat kliwon, upacara adat baritan ini di lakukan dengan melarung johen atau sejumlah hasil bumi, jajanan pasar, dan buah-buahan ke tengah laut. Yang menarik dari upacara adat ini, selain hasil bumi, jajanan pasar dan buah-buahan juga ikut di larung seekor kepala kerbau, upacara baritan tersebut di lakukan selama tiga hari tiga malam.
Upacara baritan ini selain berfungsi sebagai perwujudan rasa syukur kepada tuhan yang maha esa, juga dimaksudkan sebagai doa para nelayan agar di beri keselamatan saat melaut dan di hindarkan dari malapetaka, tardisi ini merupakan satu-satunya kebudayaan nelayan yang ada di daerah pesisir pantai utara jawa. Upacara adat ini di kalangan masyarakat pesisir pantai pemalang sebenarnya sudah menjadi sebuah kebiasaan yang di lakukan sejak zaman dahulu dan menjadikannya sebagai sebuah kebutuhan yang wajib di laksanakan setiap tahunya.
Secara fungsional kebudayaaan menurut spillman sebernarnya memiliki tiga macam fungsi dan peran dalam kehidupa sosial, pertama kebudayaan sebagai ciri kelompok, komunitas atau masyarakat (a feature of entire groups and societies), dalam hal ini adat upacara baritan merupakan sebuah kebudayaan yang menjadi ciri dari kehidupan sosial masyarakat nelayan pesisir pantai pemalang dari masyarakat nelayan di daerah lainnya. Kedua kebudayaan sebagai ekspresi kehidupan sosial (a separate realm of human expression), upacara adat baritan merupakan kebudayaan yang di hasilkan dari daya kreativitas dan kecerdasan masyarakat nelayan pemalang terdahulu dalam proses beradaptasi terhadap lingkungannya. Ketiga kebudayaan berfungsi sebagai sarana pemaknaan (as meaning-making), kebudayaaan baritan yang tumbuh dan berkembang dalam kehidupan masyarakat memiliki makna yang beragam dan tidak tumbuh secara tiba-tiba akan tetapi merupakan hasil dari proses kreativitas manusia yang saling berkaitan.
Tradisi adat baritan ini terus berlangsung karena memiliki fungsi tersendiri di dalam masyarakat oleh karena itu masyarakat pemalang khususnya masyarakat nelayan pesisir pantai pemalang terus melakukan teradisi adat beritan tersebut, lain halnya jika adat baritan ini tidak memiliki fungsi tersendiri dalam masyarakat nelayan, tentunya adat baritan ini akan di tinggalakan lalu faktor fungsi apa yang terdapat dalam adat baritan ini. Dapat kita ketahui bahwa adat pesta baritan ini memiliki tujuan sebagai rasa syukur atas hasil laut yang melimpah ruah sekaligus sebagai doa agar nelayan di jauhkan dari malapetaka disaat sedang melaut, sehingga dapat di simpulkan fungsi dari pesta adat baritan ini adalah sebaga sebuah media atau tata cara ritual yang di lakukan sebagai media interaksi manusia dengan penciptanya. Masyarakat nelayan sendiri melakukan pelarungan kepala kerbau dan juga jajanan pasar sekaligus buah-buahan dengan maksud agar sang pencipta yakni tuhan yang maha esa ini memberikan keberkahan kepada nelayan dengan tujuan salah-satunya adalah di lancarkannya pekerjaan mereka menangkap ikan di lautan.
Sedangkan apabila di tinjau dari segi evolusionis, kehidupan masyarakat di pesisir pantai pemalang tidak sepenuhnya menerima pola perubahan zaman, dalam artian masyarakat nelayan sendiri masih memegang sistem keyakinan adat istiadat yang nenek moyang mereka lakukan. Hal ini biasa di buktikan dengan masih di lakukannya upacara adat baritan tersebut karena di anggap berfungsi sebagai media komunikasi mereka terhadap sang pencipta,
Dari segi perspektif stuktural dalam upacara adat baritan terdapat sebuah hirarki kedudukan dengan sebuah pembagian jenis pekerjaan, dimana terdapat beberapa kelompok yang mempunyai tugas masing-masing seperti halnya ada kelompok yang bertugas membuat jajanan pasar,ada kelompok yang bertugas menata buah-buahan dan yang paling terpenting dalam pelaksanaan upacara baritan adalah adanya pemimpin upacara adat yang menduduki posisi tertinggi dalam upacara adat tersebut, pemimpin upacara adat ini merupakan orang dari golongan nelayan setempat yang di anggap sesepuh atau orang yang memiliki pengetahuan lebih dari masyarakat lainnya.
Upacara baritan di tinjau secara sosiologis
Upacara adat baritan merupakan suatu kebudayaan yang berasal dari daerah di pesisir pantai pemalang, tradisi ini di laksanankan sebagai rasa perwujudan syukur para nelayan kepada tuhan yang maha esa atas rezeki yang melimpah dari hasil melaut mereka selama satu tahun. Upacara ini biasanya di laksanakan pada waktu bulan maulud hari selasa atau jumat kliwon, upacara adat baritan ini di lakukan dengan melarung johen atau sejumlah hasil bumi, jajanan pasar, dan buah-buahan ke tengah laut. Yang menarik dari upacara adat ini, selain hasil bumi, jajanan pasar dan buah-buahan juga ikut di larung seekor kepala kerbau, upacara baritan tersebut di lakukan selama tiga hari tiga malam.
Upacara baritan ini selain berfungsi sebagai perwujudan rasa syukur kepada tuhan yang maha esa, juga dimaksudkan sebagai doa para nelayan agar di beri keselamatan saat melaut dan di hindarkan dari malapetaka, tardisi ini merupakan satu-satunya kebudayaan nelayan yang ada di daerah pesisir pantai utara jawa. Upacara adat ini di kalangan masyarakat pesisir pantai pemalang sebenarnya sudah menjadi sebuah kebiasaan yang di lakukan sejak zaman dahulu dan menjadikannya sebagai sebuah kebutuhan yang wajib di laksanakan setiap tahunya.
Secara fungsional kebudayaaan menurut spillman sebernarnya memiliki tiga macam fungsi dan peran dalam kehidupa sosial, pertama kebudayaan sebagai ciri kelompok, komunitas atau masyarakat (a feature of entire groups and societies), dalam hal ini adat upacara baritan merupakan sebuah kebudayaan yang menjadi ciri dari kehidupan sosial masyarakat nelayan pesisir pantai pemalang dari masyarakat nelayan di daerah lainnya. Kedua kebudayaan sebagai ekspresi kehidupan sosial (a separate realm of human expression), upacara adat baritan merupakan kebudayaan yang di hasilkan dari daya kreativitas dan kecerdasan masyarakat nelayan pemalang terdahulu dalam proses beradaptasi terhadap lingkungannya. Ketiga kebudayaan berfungsi sebagai sarana pemaknaan (as meaning-making), kebudayaaan baritan yang tumbuh dan berkembang dalam kehidupan masyarakat memiliki makna yang beragam dan tidak tumbuh secara tiba-tiba akan tetapi merupakan hasil dari proses kreativitas manusia yang saling berkaitan.
Tradisi adat baritan ini terus berlangsung karena memiliki fungsi tersendiri di dalam masyarakat oleh karena itu masyarakat pemalang khususnya masyarakat nelayan pesisir pantai pemalang terus melakukan teradisi adat beritan tersebut, lain halnya jika adat baritan ini tidak memiliki fungsi tersendiri dalam masyarakat nelayan, tentunya adat baritan ini akan di tinggalakan lalu faktor fungsi apa yang terdapat dalam adat baritan ini. Dapat kita ketahui bahwa adat pesta baritan ini memiliki tujuan sebagai rasa syukur atas hasil laut yang melimpah ruah sekaligus sebagai doa agar nelayan di jauhkan dari malapetaka disaat sedang melaut, sehingga dapat di simpulkan fungsi dari pesta adat baritan ini adalah sebaga sebuah media atau tata cara ritual yang di lakukan sebagai media interaksi manusia dengan penciptanya. Masyarakat nelayan sendiri melakukan pelarungan kepala kerbau dan juga jajanan pasar sekaligus buah-buahan dengan maksud agar sang pencipta yakni tuhan yang maha esa ini memberikan keberkahan kepada nelayan dengan tujuan salah-satunya adalah di lancarkannya pekerjaan mereka menangkap ikan di lautan.
Sedangkan apabila di tinjau dari segi evolusionis, kehidupan masyarakat di pesisir pantai pemalang tidak sepenuhnya menerima pola perubahan zaman, dalam artian masyarakat nelayan sendiri masih memegang sistem keyakinan adat istiadat yang nenek moyang mereka lakukan. Hal ini biasa di buktikan dengan masih di lakukannya upacara adat baritan tersebut karena di anggap berfungsi sebagai media komunikasi mereka terhadap sang pencipta,
Dari segi perspektif stuktural dalam upacara adat baritan terdapat sebuah hirarki kedudukan dengan sebuah pembagian jenis pekerjaan, dimana terdapat beberapa kelompok yang mempunyai tugas masing-masing seperti halnya ada kelompok yang bertugas membuat jajanan pasar,ada kelompok yang bertugas menata buah-buahan dan yang paling terpenting dalam pelaksanaan upacara baritan adalah adanya pemimpin upacara adat yang menduduki posisi tertinggi dalam upacara adat tersebut, pemimpin upacara adat ini merupakan orang dari golongan nelayan setempat yang di anggap sesepuh atau orang yang memiliki pengetahuan lebih dari masyarakat lainnya.
Upacara baritan di tinjau secara sosiologis
Upacara adat baritan merupakan suatu kebudayaan yang berasal dari daerah di pesisir pantai pemalang, tradisi ini di laksanankan sebagai rasa perwujudan syukur para nelayan kepada tuhan yang maha esa atas rezeki yang melimpah dari hasil melaut mereka selama satu tahun. Upacara ini biasanya di laksanakan pada waktu bulan maulud hari selasa atau jumat kliwon, upacara adat baritan ini di lakukan dengan melarung johen atau sejumlah hasil bumi, jajanan pasar, dan buah-buahan ke tengah laut. Yang menarik dari upacara adat ini, selain hasil bumi, jajanan pasar dan buah-buahan juga ikut di larung seekor kepala kerbau, upacara baritan tersebut di lakukan selama tiga hari tiga malam.
Upacara baritan ini selain berfungsi sebagai perwujudan rasa syukur kepada tuhan yang maha esa, juga dimaksudkan sebagai doa para nelayan agar di beri keselamatan saat melaut dan di hindarkan dari malapetaka, tardisi ini merupakan satu-satunya kebudayaan nelayan yang ada di daerah pesisir pantai utara jawa. Upacara adat ini di kalangan masyarakat pesisir pantai pemalang sebenarnya sudah menjadi sebuah kebiasaan yang di lakukan sejak zaman dahulu dan menjadikannya sebagai sebuah kebutuhan yang wajib di laksanakan setiap tahunya.
Secara fungsional kebudayaaan menurut spillman sebernarnya memiliki tiga macam fungsi dan peran dalam kehidupa sosial, pertama kebudayaan sebagai ciri kelompok, komunitas atau masyarakat (a feature of entire groups and societies), dalam hal ini adat upacara baritan merupakan sebuah kebudayaan yang menjadi ciri dari kehidupan sosial masyarakat nelayan pesisir pantai pemalang dari masyarakat nelayan di daerah lainnya. Kedua kebudayaan sebagai ekspresi kehidupan sosial (a separate realm of human expression), upacara adat baritan merupakan kebudayaan yang di hasilkan dari daya kreativitas dan kecerdasan masyarakat nelayan pemalang terdahulu dalam proses beradaptasi terhadap lingkungannya. Ketiga kebudayaan berfungsi sebagai sarana pemaknaan (as meaning-making), kebudayaaan baritan yang tumbuh dan berkembang dalam kehidupan masyarakat memiliki makna yang beragam dan tidak tumbuh secara tiba-tiba akan tetapi merupakan hasil dari proses kreativitas manusia yang saling berkaitan.
Tradisi adat baritan ini terus berlangsung karena memiliki fungsi tersendiri di dalam masyarakat oleh karena itu masyarakat pemalang khususnya masyarakat nelayan pesisir pantai pemalang terus melakukan teradisi adat beritan tersebut, lain halnya jika adat baritan ini tidak memiliki fungsi tersendiri dalam masyarakat nelayan, tentunya adat baritan ini akan di tinggalakan lalu faktor fungsi apa yang terdapat dalam adat baritan ini. Dapat kita ketahui bahwa adat pesta baritan ini memiliki tujuan sebagai rasa syukur atas hasil laut yang melimpah ruah sekaligus sebagai doa agar nelayan di jauhkan dari malapetaka disaat sedang melaut, sehingga dapat di simpulkan fungsi dari pesta adat baritan ini adalah sebaga sebuah media atau tata cara ritual yang di lakukan sebagai media interaksi manusia dengan penciptanya. Masyarakat nelayan sendiri melakukan pelarungan kepala kerbau dan juga jajanan pasar sekaligus buah-buahan dengan maksud agar sang pencipta yakni tuhan yang maha esa ini memberikan keberkahan kepada nelayan dengan tujuan salah-satunya adalah di lancarkannya pekerjaan mereka menangkap ikan di lautan.
Sedangkan apabila di tinjau dari segi evolusionis, kehidupan masyarakat di pesisir pantai pemalang tidak sepenuhnya menerima pola perubahan zaman, dalam artian masyarakat nelayan sendiri masih memegang sistem keyakinan adat istiadat yang nenek moyang mereka lakukan. Hal ini biasa di buktikan dengan masih di lakukannya upacara adat baritan tersebut karena di anggap berfungsi sebagai media komunikasi mereka terhadap sang pencipta,
Dari segi perspektif stuktural dalam upacara adat baritan terdapat sebuah hirarki kedudukan dengan sebuah pembagian jenis pekerjaan, dimana terdapat beberapa kelompok yang mempunyai tugas masing-masing seperti halnya ada kelompok yang bertugas membuat jajanan pasar,ada kelompok yang bertugas menata buah-buahan dan yang paling terpenting dalam pelaksanaan upacara baritan adalah adanya pemimpin upacara adat yang menduduki posisi tertinggi dalam upacara adat tersebut, pemimpin upacara adat ini merupakan orang dari golongan nelayan setempat yang di anggap sesepuh atau orang yang memiliki pengetahuan lebih dari masyarakat lainnya.
Upacara baritan di tinjau secara sosiologis
Upacara adat baritan merupakan suatu kebudayaan yang berasal dari daerah di pesisir pantai pemalang, tradisi ini di laksanankan sebagai rasa perwujudan syukur para nelayan kepada tuhan yang maha esa atas rezeki yang melimpah dari hasil melaut mereka selama satu tahun. Upacara ini biasanya di laksanakan pada waktu bulan maulud hari selasa atau jumat kliwon, upacara adat baritan ini di lakukan dengan melarung johen atau sejumlah hasil bumi, jajanan pasar, dan buah-buahan ke tengah laut. Yang menarik dari upacara adat ini, selain hasil bumi, jajanan pasar dan buah-buahan juga ikut di larung seekor kepala kerbau, upacara baritan tersebut di lakukan selama tiga hari tiga malam.
Upacara baritan ini selain berfungsi sebagai perwujudan rasa syukur kepada tuhan yang maha esa, juga dimaksudkan sebagai doa para nelayan agar di beri keselamatan saat melaut dan di hindarkan dari malapetaka, tardisi ini merupakan satu-satunya kebudayaan nelayan yang ada di daerah pesisir pantai utara jawa. Upacara adat ini di kalangan masyarakat pesisir pantai pemalang sebenarnya sudah menjadi sebuah kebiasaan yang di lakukan sejak zaman dahulu dan menjadikannya sebagai sebuah kebutuhan yang wajib di laksanakan setiap tahunya.
Secara fungsional kebudayaaan menurut spillman sebernarnya memiliki tiga macam fungsi dan peran dalam kehidupa sosial, pertama kebudayaan sebagai ciri kelompok, komunitas atau masyarakat (a feature of entire groups and societies), dalam hal ini adat upacara baritan merupakan sebuah kebudayaan yang menjadi ciri dari kehidupan sosial masyarakat nelayan pesisir pantai pemalang dari masyarakat nelayan di daerah lainnya. Kedua kebudayaan sebagai ekspresi kehidupan sosial (a separate realm of human expression), upacara adat baritan merupakan kebudayaan yang di hasilkan dari daya kreativitas dan kecerdasan masyarakat nelayan pemalang terdahulu dalam proses beradaptasi terhadap lingkungannya. Ketiga kebudayaan berfungsi sebagai sarana pemaknaan (as meaning-making), kebudayaaan baritan yang tumbuh dan berkembang dalam kehidupan masyarakat memiliki makna yang beragam dan tidak tumbuh secara tiba-tiba akan tetapi merupakan hasil dari proses kreativitas manusia yang saling berkaitan.
Tradisi adat baritan ini terus berlangsung karena memiliki fungsi tersendiri di dalam masyarakat oleh karena itu masyarakat pemalang khususnya masyarakat nelayan pesisir pantai pemalang terus melakukan teradisi adat beritan tersebut, lain halnya jika adat baritan ini tidak memiliki fungsi tersendiri dalam masyarakat nelayan, tentunya adat baritan ini akan di tinggalakan lalu faktor fungsi apa yang terdapat dalam adat baritan ini. Dapat kita ketahui bahwa adat pesta baritan ini memiliki tujuan sebagai rasa syukur atas hasil laut yang melimpah ruah sekaligus sebagai doa agar nelayan di jauhkan dari malapetaka disaat sedang melaut, sehingga dapat di simpulkan fungsi dari pesta adat baritan ini adalah sebaga sebuah media atau tata cara ritual yang di lakukan sebagai media interaksi manusia dengan penciptanya. Masyarakat nelayan sendiri melakukan pelarungan kepala kerbau dan juga jajanan pasar sekaligus buah-buahan dengan maksud agar sang pencipta yakni tuhan yang maha esa ini memberikan keberkahan kepada nelayan dengan tujuan salah-satunya adalah di lancarkannya pekerjaan mereka menangkap ikan di lautan.
Sedangkan apabila di tinjau dari segi evolusionis, kehidupan masyarakat di pesisir pantai pemalang tidak sepenuhnya menerima pola perubahan zaman, dalam artian masyarakat nelayan sendiri masih memegang sistem keyakinan adat istiadat yang nenek moyang mereka lakukan. Hal ini biasa di buktikan dengan masih di lakukannya upacara adat baritan tersebut karena di anggap berfungsi sebagai media komunikasi mereka terhadap sang pencipta,
Dari segi perspektif stuktural dalam upacara adat baritan terdapat sebuah hirarki kedudukan dengan sebuah pembagian jenis pekerjaan, dimana terdapat beberapa kelompok yang mempunyai tugas masing-masing seperti halnya ada kelompok yang bertugas membuat jajanan pasar,ada kelompok yang bertugas menata buah-buahan dan yang paling terpenting dalam pelaksanaan upacara baritan adalah adanya pemimpin upacara adat yang menduduki posisi tertinggi dalam upacara adat tersebut, pemimpin upacara adat ini merupakan orang dari golongan nelayan setempat yang di anggap sesepuh atau orang yang memiliki pengetahuan lebih dari masyarakat lainnya.
Upacara baritan di tinjau secara sosiologis
Upacara adat baritan merupakan suatu kebudayaan yang berasal dari daerah di pesisir pantai pemalang, tradisi ini di laksanankan sebagai rasa perwujudan syukur para nelayan kepada tuhan yang maha esa atas rezeki yang melimpah dari hasil melaut mereka selama satu tahun. Upacara ini biasanya di laksanakan pada waktu bulan maulud hari selasa atau jumat kliwon, upacara adat baritan ini di lakukan dengan melarung johen atau sejumlah hasil bumi, jajanan pasar, dan buah-buahan ke tengah laut. Yang menarik dari upacara adat ini, selain hasil bumi, jajanan pasar dan buah-buahan juga ikut di larung seekor kepala kerbau, upacara baritan tersebut di lakukan selama tiga hari tiga malam.
Upacara baritan ini selain berfungsi sebagai perwujudan rasa syukur kepada tuhan yang maha esa, juga dimaksudkan sebagai doa para nelayan agar di beri keselamatan saat melaut dan di hindarkan dari malapetaka, tardisi ini merupakan satu-satunya kebudayaan nelayan yang ada di daerah pesisir pantai utara jawa. Upacara adat ini di kalangan masyarakat pesisir pantai pemalang sebenarnya sudah menjadi sebuah kebiasaan yang di lakukan sejak zaman dahulu dan menjadikannya sebagai sebuah kebutuhan yang wajib di laksanakan setiap tahunya.
Secara fungsional kebudayaaan menurut spillman sebernarnya memiliki tiga macam fungsi dan peran dalam kehidupa sosial, pertama kebudayaan sebagai ciri kelompok, komunitas atau masyarakat (a feature of entire groups and societies), dalam hal ini adat upacara baritan merupakan sebuah kebudayaan yang menjadi ciri dari kehidupan sosial masyarakat nelayan pesisir pantai pemalang dari masyarakat nelayan di daerah lainnya. Kedua kebudayaan sebagai ekspresi kehidupan sosial (a separate realm of human expression), upacara adat baritan merupakan kebudayaan yang di hasilkan dari daya kreativitas dan kecerdasan masyarakat nelayan pemalang terdahulu dalam proses beradaptasi terhadap lingkungannya. Ketiga kebudayaan berfungsi sebagai sarana pemaknaan (as meaning-making), kebudayaaan baritan yang tumbuh dan berkembang dalam kehidupan masyarakat memiliki makna yang beragam dan tidak tumbuh secara tiba-tiba akan tetapi merupakan hasil dari proses kreativitas manusia yang saling berkaitan.
Tradisi adat baritan ini terus berlangsung karena memiliki fungsi tersendiri di dalam masyarakat oleh karena itu masyarakat pemalang khususnya masyarakat nelayan pesisir pantai pemalang terus melakukan teradisi adat beritan tersebut, lain halnya jika adat baritan ini tidak memiliki fungsi tersendiri dalam masyarakat nelayan, tentunya adat baritan ini akan di tinggalakan lalu faktor fungsi apa yang terdapat dalam adat baritan ini. Dapat kita ketahui bahwa adat pesta baritan ini memiliki tujuan sebagai rasa syukur atas hasil laut yang melimpah ruah sekaligus sebagai doa agar nelayan di jauhkan dari malapetaka disaat sedang melaut, sehingga dapat di simpulkan fungsi dari pesta adat baritan ini adalah sebaga sebuah media atau tata cara ritual yang di lakukan sebagai media interaksi manusia dengan penciptanya. Masyarakat nelayan sendiri melakukan pelarungan kepala kerbau dan juga jajanan pasar sekaligus buah-buahan dengan maksud agar sang pencipta yakni tuhan yang maha esa ini memberikan keberkahan kepada nelayan dengan tujuan salah-satunya adalah di lancarkannya pekerjaan mereka menangkap ikan di lautan.
Sedangkan apabila di tinjau dari segi evolusionis, kehidupan masyarakat di pesisir pantai pemalang tidak sepenuhnya menerima pola perubahan zaman, dalam artian masyarakat nelayan sendiri masih memegang sistem keyakinan adat istiadat yang nenek moyang mereka lakukan. Hal ini biasa di buktikan dengan masih di lakukannya upacara adat baritan tersebut karena di anggap berfungsi sebagai media komunikasi mereka terhadap sang pencipta,
Dari segi perspektif stuktural dalam upacara adat baritan terdapat sebuah hirarki kedudukan dengan sebuah pembagian jenis pekerjaan, dimana terdapat beberapa kelompok yang mempunyai tugas masing-masing seperti halnya ada kelompok yang bertugas membuat jajanan pasar,ada kelompok yang bertugas menata buah-buahan dan yang paling terpenting dalam pelaksanaan upacara baritan adalah adanya pemimpin upacara adat yang menduduki posisi tertinggi dalam upacara adat tersebut, pemimpin upacara adat ini merupakan orang dari golongan nelayan setempat yang di anggap sesepuh atau orang yang memiliki pengetahuan lebih dari masyarakat lainnya.
Upacara baritan di tinjau secara sosiologis
Upacara adat baritan merupakan suatu kebudayaan yang berasal dari daerah di pesisir pantai pemalang, tradisi ini di laksanankan sebagai rasa perwujudan syukur para nelayan kepada tuhan yang maha esa atas rezeki yang melimpah dari hasil melaut mereka selama satu tahun. Upacara ini biasanya di laksanakan pada waktu bulan maulud hari selasa atau jumat kliwon, upacara adat baritan ini di lakukan dengan melarung johen atau sejumlah hasil bumi, jajanan pasar, dan buah-buahan ke tengah laut. Yang menarik dari upacara adat ini, selain hasil bumi, jajanan pasar dan buah-buahan juga ikut di larung seekor kepala kerbau, upacara baritan tersebut di lakukan selama tiga hari tiga malam.
Upacara baritan ini selain berfungsi sebagai perwujudan rasa syukur kepada tuhan yang maha esa, juga dimaksudkan sebagai doa para nelayan agar di beri keselamatan saat melaut dan di hindarkan dari malapetaka, tardisi ini merupakan satu-satunya kebudayaan nelayan yang ada di daerah pesisir pantai utara jawa. Upacara adat ini di kalangan masyarakat pesisir pantai pemalang sebenarnya sudah menjadi sebuah kebiasaan yang di lakukan sejak zaman dahulu dan menjadikannya sebagai sebuah kebutuhan yang wajib di laksanakan setiap tahunya.
Secara fungsional kebudayaaan menurut spillman sebernarnya memiliki tiga macam fungsi dan peran dalam kehidupa sosial, pertama kebudayaan sebagai ciri kelompok, komunitas atau masyarakat (a feature of entire groups and societies), dalam hal ini adat upacara baritan merupakan sebuah kebudayaan yang menjadi ciri dari kehidupan sosial masyarakat nelayan pesisir pantai pemalang dari masyarakat nelayan di daerah lainnya. Kedua kebudayaan sebagai ekspresi kehidupan sosial (a separate realm of human expression), upacara adat baritan merupakan kebudayaan yang di hasilkan dari daya kreativitas dan kecerdasan masyarakat nelayan pemalang terdahulu dalam proses beradaptasi terhadap lingkungannya. Ketiga kebudayaan berfungsi sebagai sarana pemaknaan (as meaning-making), kebudayaaan baritan yang tumbuh dan berkembang dalam kehidupan masyarakat memiliki makna yang beragam dan tidak tumbuh secara tiba-tiba akan tetapi merupakan hasil dari proses kreativitas manusia yang saling berkaitan.
Tradisi adat baritan ini terus berlangsung karena memiliki fungsi tersendiri di dalam masyarakat oleh karena itu masyarakat pemalang khususnya masyarakat nelayan pesisir pantai pemalang terus melakukan teradisi adat beritan tersebut, lain halnya jika adat baritan ini tidak memiliki fungsi tersendiri dalam masyarakat nelayan, tentunya adat baritan ini akan di tinggalakan lalu faktor fungsi apa yang terdapat dalam adat baritan ini. Dapat kita ketahui bahwa adat pesta baritan ini memiliki tujuan sebagai rasa syukur atas hasil laut yang melimpah ruah sekaligus sebagai doa agar nelayan di jauhkan dari malapetaka disaat sedang melaut, sehingga dapat di simpulkan fungsi dari pesta adat baritan ini adalah sebaga sebuah media atau tata cara ritual yang di lakukan sebagai media interaksi manusia dengan penciptanya. Masyarakat nelayan sendiri melakukan pelarungan kepala kerbau dan juga jajanan pasar sekaligus buah-buahan dengan maksud agar sang pencipta yakni tuhan yang maha esa ini memberikan keberkahan kepada nelayan dengan tujuan salah-satunya adalah di lancarkannya pekerjaan mereka menangkap ikan di lautan.
Sedangkan apabila di tinjau dari segi evolusionis, kehidupan masyarakat di pesisir pantai pemalang tidak sepenuhnya menerima pola perubahan zaman, dalam artian masyarakat nelayan sendiri masih memegang sistem keyakinan adat istiadat yang nenek moyang mereka lakukan. Hal ini biasa di buktikan dengan masih di lakukannya upacara adat baritan tersebut karena di anggap berfungsi sebagai media komunikasi mereka terhadap sang pencipta,
Dari segi perspektif stuktural dalam upacara adat baritan terdapat sebuah hirarki kedudukan dengan sebuah pembagian jenis pekerjaan, dimana terdapat beberapa kelompok yang mempunyai tugas masing-masing seperti halnya ada kelompok yang bertugas membuat jajanan pasar,ada kelompok yang bertugas menata buah-buahan dan yang paling terpenting dalam pelaksanaan upacara baritan adalah adanya pemimpin upacara adat yang menduduki posisi tertinggi dalam upacara adat tersebut, pemimpin upacara adat ini merupakan orang dari golongan nelayan setempat yang di anggap sesepuh atau orang yang memiliki pengetahuan lebih dari masyarakat lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar