Pernakah anda mengalami peristiwa dimana anda berputar putar pada suatu daerah tertentu? kemudian tanpa anda sadari anda terus berputar putar pada daerah tersebut sehingga anda diihat oleh penduduk setempat sebagai orang keder alias tersesat. ya fenomena tersebut dinamakan kita telah terkena oyot mimang, atau akar bimbang.
peristiwa oyot mimang diyakini karena orang yang mengalaminya terkena gangguan dari makhlus halus yang sengaja menyesatkan orang tersebut sehingga dibuat linglung dan keder. setelah lama maka jika anda bertemu dengan penduduk setempat maka biasanya otomatis orang yang terkena oyot mimang lambat laun akan mulai sadar.
nah itu sekilas mengenai apa itu kejadian oyot mimang, apa hubungannya dengan judul diatas? kok pake dijadikan wisata??
ya pertanyaan penasaran tersebut akan kita jawab dengan kita benar benar berwisata menapak tilas kejadian sejarah yang berkaitan erat dengan sejarah legenda terjadinya kabupaten pemalang. coba anda memasuki darah sekitar kendal doyong terus keutara dan sekitarnya, bisanya jika kita pertama kali pergi kedaerah tersebut sendirian maka besar kemungkinan kita akan terkena oyot mimang. hal ini seperti napak tilas kejadian peristiwa sejarah yang erat hubungannya dengan pendiri kota pemalang.
kira kira dahulu Pada penghujung abad ke XVI,kesultanan Banten yang dipimpin oleh Panembahan Yusuf sedang dalam kekacauan akibat ulah Portugis,dan sedang dalam rongrongan adik Panembahan Yusuf sendiri yang diasuh oleh Ratu Kalinyamat dari Jepara yang menuntut pengalihan tahta kesultanan Banten.
Pada waktu itu,Panembahan Yusuf memerintahkan kepada Patih Thalabuddin untuk meminta kembali Keris pusaka Kyai Tapak yang sebelumnya dipinjamkan kepada Pangeran Benowo saat hendak menjadi Adipati di Pemalang,maka berangkatlah patih Thalabuddin menuju ke kadipaten Pemalang.
Sesampainya di Pemalang,tidak begitu saja patih Thalabuddin dapat mengambil keris pusaka tersebut.ia disuruh oleh Pangeran Benowo untuk membuktikan,kalau memang benar dirinya adalah utusan dari kesultanan Banten,maka pastilah ia mampu membawa keris tersebut ke Banten.lalu untuk meyakinkan Pangeran Benowo,patih Thalabuddin menjalani tirakat bertapa di Waringin tunggul,antara desa Benjaran dan Pedurungan barat.
Setelah beberapa hari bertapa,maka Patih Thalabuddin berhasil mendapatkan keris Kyai tapak.namun dalam perjalanan pulang ke Banten,patih Thalabuddin jadi keder (tersesat) tak tahu arah jalan pulang.hal ini karena pengaruh kesaktian Pangeran Benowo terhadap keris pusaka tersebut atau karena patih Thalabuddin kurang sempurna dalam bertapa,ini kurang begitu jelas.yang pasti,sejak mendapatkan keris pusaka tersebut,patih Thalabuddin hanya muter-muter mengelilingi daerah Pemalang saja selama perjalanan pulang.
Hal ini diketahui oleh Pangeran Benowo yang lalu memerintahkan patih Sampun untuk mengumumkan kepada khalayak ramai bahwa Keris pusaka Kyai tapak telah hilang dicuri orang.lalu datanglah Patih Thalabuddin menghadap Adipati pangeran Benowo sambil menangis ketakutan.sambil gemetar dan meminta ampun,patih Thalabuddin memberikan keris pusaka itu kepada sang Adipati.
Dengan berbesar hati,adipati pangeran Benowo menerima permohonan ampun patih Thalabuddin,yang lalu diangkatnya menjadi Patih kedua di kadipaten Pemalang yang bertugas menyebarkan ajaran agama Islam kepada penduduk/masyarakat Pemalang.karena kecerdasannya pula,Patih kedua Thalabuddin juga diberi wewenang mengatur perekonomian di kadipaten Pemalang mendampingi patih Sampun.dalam beberapa kisah,diriwayatkan bahwa hingga akhir hayatnya,patih Thalabuddin mengabdi dan mencurahkan ilmunya untuk penduduk Pemalang.
Maka dengan demikian,penguasa Pemalang pada masa kepemimpinan Adipati Pangeran Benowo,Patih Sampun (Djiwonegoro) dan Patih kedua Thalabuddin berhasil mencatatkan sejarah keberhasilan dalam menjalankan kepemimpinannya.keberhasilan tersebut diantaranya adalah :
- Dapat menyatukan beberapa wilayah,yaitu Tegal,Pemalang dan Brebes.
- Dapat menciptakan kehidupan yang tenteram serta keamanan yang terjamin.
- Dapat meletakkan dasar dan melanjutkan pembanguna.
- Berhasil menumbuhkan kerukunan antar umat beragama tanpa mengurangi berkembangnya ajaran agama Islam yang pesat.
- Berhasil menumbuhkan ekonomi penduduk Pemalang hingga terjamin kecukupan pangan,sandang dan papan masyarakat.
- Bisa merintis jalan yang menjadi cikal bakal jalan-jalan besar di masa setelahnya.
- Dapat membina pendidikan,seperti berdirinya padepokan (Hindu-Budha) di Pedurungan dan Wanarejan serta Pondok Pesantren di Kebondalem dan Ulujami.
Selain keberhasilan-keberhasilan tadi,trio Benowo,Sampun dan thalabuddin dalam kepemimpinan Pemalang tempoe doeloe adalah mampu mendayagunakan kekayaan alam yang ada sebagai sumber ekonomi rakyat.tak di pungkiri,Pemalang memiliki gunung Slamet beserta hamparan hutan rimbun yang membujur disebelah selatan Pemalang,sebagai cagar alam dan kelestarian mata air,serta sungai-sungai besar maupun kecij yang sanggup menampung curah hujan sehingga menjamin sumber air untuk pemanfaatan sawah,ladang dan perkebunan masyarakat hingga musim kemarau sekalipun.kesuburan tanah Pemalang ini sudah dikenal sejak zaman Majapahit,Pemalang juga mempunyai Pelabuhan untuk singgah kapal-kapal dagang,yang transit dan berdagang di Pemalang.
Trio Pemalang ini juga dikenal pandai membina para Punggawa praja untuk bekerja sama dan manunggal dengan rakyatnya.
Maka demikian,Pemalang pada saat itu sudah mempunyai tata administrasi pemerintahan yang cukup teratur,baik ditinjau dari sarana dan prasarana kehidupan masyarakatnya,serta kecakapan dalam aparatur pemerintahannya.
:
|
Silsilah Pangeran benowo :
Ken Dedes (Kadipaten Tumapel, Kerajaan Pangjalu Kediri)
Mahesa Wong Ateleng (Kerajaan Singhasari)
Mahesa Cempaka/Batara Narasingha 1248-1254 (Kerajaan Singhasari)
Dyah Lembu Ta/Dyah Singamurti (Kerajaan Singhasari)
Raden Wijaya/Kertarajasa Jayawardhana 1273-1309 (Kerajaan Majapahit)
Tri Buwana Tungga Dewi/Bhre Kahuripan II 1328-1360 (Kerajaan Majapahit)
Bhre Pajang I (Kerajaan Majapahit)
Wikramawardhana/Hyang Wisesa 1389-1429 (Kerajaan Majapahit)
Kertawijaya/Bhre Tumapel III 1447-1451 (Kerajaan Majapahit)
Rajasawardana/Brawijaya II 1451-1456 (Kerajaan Majapahit)
Raden Purwawisesa/Brawijaya III 1456-1466 (Kerajaan Majapahit)
Bhre Tunjung/Raden Pandanalas/Brawijaya IV 1466 (Kerajaan Majapahit)
Kertabumi/R. Alit/Brawijaya V (Kerajaan Majapahit)
Ratu Pambayun
Ki Ageng Kebo Kenanga
Jaka Tingkir/Mas Karebet/Hadiwijaya (Kerajaan Pajang 1503)
Pangeran Benawa
NB : Jika Anda Pergi Ke Pemalang Silahkan Dicoba Wisata gratis ini
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar